Selain
tercatat sebagai kiai, beliau juga aktif menulis puisi, dan sangat produktif.
Jika dilihat dari buku Semesta Embu yang diterbitkan Pustaka An-Najmah (Pusat
Kajian Ahlussunnah Wal-Jamaah) sangat terlihat bahwa beliau menulis puisi
setiap hari.
Nama
(Kiai) Sahli cukup beken di kalangan masyarakat, juga dikalangan para penulis Sumenep. Orang-orang pun beragam mengenalnya, ada yang sebagai Romo Sahli, R
Sahli Hamid, Sahli Kanjeng Pertiwi atau
Mas Sahli Abdi. Yang jelas, nama Sahli tetap tak tergantikan atau pun tidak
berubah sebab iya bernama lengkap sesuai catatan sipil adalah Muhammad Sahli.
Lahir
di lingkungan pesantren Raudlatul Iman pada akhir tahun 1973 dari pasangan K.H
Abd Hamid dan Ny Suryati di pinggir Songai Kotak Mandala Barat, Gadu Barat, Ganding
Sumenep. Dari abahnya, ia mendapatkan pelajaran hidup berupa nilai-nilai
kehidupan yang bisa digunakan sebagai pegangan dalam mengarungi kehidupan.
Darinya pula Kiai Sahli ini belajar kesederhanaan, kasih sayanng, kesantunan.
Hari ini beliau menerapkan kesantunan dan kasih sayangnya tidak hanya pada
anak-istrinya atau pun pada santri dan masyarakat di sekitarnya. Beliau juga
menunjukkan kasih sayang dan kesantunannya pada alam yakni dengan mendirikan
Aplikasi ASRI (Aktivis Pecinta Lingkungan Asri, Sehat, dan Indah Aliansi Santri
Raudlatul Iman (APLIKASI ASRI) yaitu organisasi pecinta lingkungan yang
bertugas membersihkan lingkungan pesantren, desa Gadu Barat dan harapannya
banyak desa-desa lain yang juga terinspirasi darinya.
Selain
rutinitas APLIKASI ASRI yaitu rabu dan jum’at bersih, beliau juga mengajak
siswa dan santri untuk menanam pohon di lingkungan untuk menyelamatkan bumi di
mana lapisan ozon semakin menipis, dengan hadirnya pohon-pohon akan
menghadirkan oksigen baru yang menyegarkan dan akan membuat sistem ekologis
tetap sehat, sehingga makhluk hidup yang berada di sekitarnya terhindar dari
kekurangan oksigen.
Maos jugan
- Alembay Pole, Sanja'na A Farhan
- Perjalanan dan Perjuangan Dakwah Abu Hasan al-Shadhili
- Agus Widiey: Ngaji e Lencak Socce
Beliau
memulai belajar di Raudlatul Iman, melanjutkan ke Pondok pesantren Annuqayah
Guluk-Guluk Sumenep mengikuti jejak sang Abah (KH Abd Hamid). Sejak lulus di
Annuqayah, beliau pulang kampung, mengabdi pada sekolah yang membesarkannya
sesuai kemampuan yang dimiliki. Ia pun diberi amanah untuk menjaga (Ny) Siti
Jamiyatus Sholehah. Berkah kehidupan bersama (Ny) Siti Jamiyatus Sholehah, lahir
putri yang bernama Dewi Haniah El-Haqiqoh dan putra keduanya bernama Muhammad
Ulil Albab.
Sekarang
beliau mendapat amanah untuk menjadi Ketua Yayasan Pergurun Tinggi Raudlatul
Iman (YASPIRI) dengan nama kampusnya adalah STIDAR yang merupakan peace kampus.
Sebuah kampus dengan dua program studi yaitu Bimbingan Konseling Islam dan
Pengembangan Masyarakat Islam. Beliau merupakan pecinta ilmu dan selalu memberi
semangat untuk belajar, hal ini terlihat hingga saat ini beliau masih berstatus
mahasiswa S3 di Pondok Pesantren Darul Lughah Wadda’wah Raci Bangil Pasuruan.
Selain itu, beliau jugalah yang mendorong istrinya untuk tetap menyelesaikan
studi strata satunya.
AYOOO KULIAH DI STIDAR
Bentuk
pengabdian nyata lainnya adalah mendirikan Stasiuan Asoka yang digunakan untuk
balai pertemuan. Di stasiun ini orang-orang boleh berlalu lalang dan pergi,
namun ia akan tetap mengabdi. Saat beliau mendirikan Stasiun Asoka ini,
masyarakat banyak memberikan impresi yang cukup menarik, yang barangkali
niatnya adalah bercanda, yaitu bahwa Kiai Sahli sedang membuat kandang ayam,
mau membuka pasar sore dan lain sebagainya. Tersebab area yang luas, asri,
menyejukkan dan penuh dengan kehijauan.
Maos jugan
- Soal Peleyan Bahasa Madura SPM MTs kellas 1
- Santri Dalam Dinamika Politik Kebangsaan
- Serradan Epon Ach Jazuli
Di
Stasiun itu pula Pembekalan KKN STIDAR III 2022 dilaksanakan, launching buku
dan diskusi sastra pesantren bersama Raedu Basha (penulis hadrah kiai-hadrah
nyai). Pada saat itu, Kiai Sahli Hamid, melaunching tujuh buku sekaligus yang
menandakan bahwa usia hanyalah angka dan produktifitas adalah bukti nyata. Ini
salah satu puisinya dalam buku Semesta Embun, halaman 69.
EPISODE
RUH
Hanya
sebuah harap bahwa detik yang kutunggu berakhir syahdu
Meski
setiap langkah dan jejak belum bisa kueja
Karena
alamat yang kutuju masih semu
Jika
sebuah kematian adalah pengembaraan ruh
Maka
kematian sesungguhnya ketika ruh tak lagi bernyawa
Dicabut
keraguan dan keangkuhan
Tiap
kerinduan selalu dibatasi jarak
Bagaimana
jika sudah tak berjarah lagi
Apakah
masih disebut rindu
Atau
engkau menyebutnya sebagai apa?
Sedang
dunia menyangkut semua derita
Jangan
bercinta bila engkau tak siap menderita
Ruh
yang terpisah dari jasad
Adalah
ekspresi cinta
Bersatu
dalam pelukan-Nya
Sumenep, 07 September 2021