Equilibrium
PENULIS NASKAH: SALEH dan HAMDANI
Equilibrium
Karya Moh. Saleh Ojhung
Editor Hamdani SNYK
Kepada; Yang bersujud pada
rasa takut, Yang mengalah pada nasib, Yang takluk pada ingin, Yang tenggelam
dalam angan, Yang menghamba pada kemegahan, Yang bersumpah atas nama kebenaran.
Pada sebuah tempat saat Kaf dan Nun difirmankan, pada saat itu pula, peristiwa
itu bermula.
TOKOH
BALA,
REBHOT,
ORANG TUA,
PENGANGGUR,
SOSOK [1 2 3 4 5]
BAYANG – BAYANG [ORANG –
ORANG]
OPENING
LAMPU SPOT MENGARAH KE ARAH BALA
IA SIBUK MEMPERHATIKAN DIRINYA. IRAMA MUSIK MENGALUN PELAN MENGGAMBARKAN
SUASANA YANG GERSANG. KEMUDIAN DARI SISI KANAN-KIRI PANGGUNG, BEBERAPA ORANG
DARI BERBAGAI KALANGAN; MASUK DENGAN PAKAIAN DAN ATRIBUT MEREKA MASING-MASING.
MEREKA BERJALAN DAN MENGGAMBARKAN KESIBUKANNYA SENDIRI-SENDIRI.
I
SOSOK LALU LALANG DARI SATU
TEMPAT KE TEMPAT LAIN. DENGAN SANGAT TELITI IA MEMBUKA APA SAJA YANG ADA DI
DEPANNYA. IA MULAI BERBISIK “DIMANA YA? DIMANA, DIMANA, DIMANA, LALU IA MEMERIKSA
TASNYA YANG TERDAPAT BEBERAPA BUKU, PERLAHAN IA MEMBUKA LEMBAR DEMI LEMBAR,
SEMAKIN CEPAT, PINDAH KE BUKU SATUNYA HINGGA IA BERTANYA “DIMANA!?” IA PUTUS
ASA. LAMPU PERLAHAN FADE OUT. DAN PERLAHAN FADE IN KE SOSOK LAINNYA
GAMBAR SETTING TUPUKAN BUKU
BESAR DAN ADA FIGURA DENGAN TULISAN BESAR “MALAS MIKIR AREA DILARANG BERTANYA!”
BALA
[ia hanya celingukan,
bertemu dengan orang yang aneh. Menatap dan mengamati lebih dalam, mendekat
lalu bertanya] permisi boleh bertanya. Permisi, boleh bertanya. Permisi, boleh
bertanya!
PENGANGGUR
[penganggur kaget mendengar
suara dan bersembunyi. Bala tambah bingung dan lalu mencari dan menemukannya.
Dan mereka saling kejar – kejaran, hingga ngos – ngosan] apa salahku!? Kenapa
kamu mengejarku?
BALA
[dengan masih tersengal –
sengal] saya tidak mengejarmu. Tuan yang berlari dahulu. Lalu saya.
PENGANGGUR
[mengingat] benarkah begitu?
Hahaha [melanjutkan pekerjaannya]
BALA
Permisi, boleh aku bertanya
[ia mendekat] permisi tuan boleh aku bertanya. [lebih dekat lagi] permisi boleh
aku bertanya.
PENGANGGUR
[penganggur kaget mendengar
suara dan bersembunyi. Bala tambah bingung dan lalu mencari dan menemukannya.
Dan mereka saling kejar – kejaran, hingga ngos – ngosan] apa salahku!? Kenapa
kamu mengejarku?
BALA
[BALA sudah capek. Dan
duduk]
PENGANGGUR
Hey apa yang kamu lakukan
disini?
BALA
Bolehkah saya minta air?
Haus!
PENGANGGUR
[memberikan air]
BALA
Saya sedang tersesat mencari
sesuatu, tuan.
PENGANGGUR
Tersesat? [ketawa]
BALA
Iya. Saya sedang melakukan
perjalanan
PENGANGGUR
[mikir] semacam traveling?
BALA
Bukan tuan. Saya berjalan
mencari sesuatu. Lalu tersesat.
PENGANGGUR
Mencari sesuatu? [lalu ia
mencatat dan mencari dengan menggunakan kata kunci itu] aku tak menemukan apa
yang kamu katakan.
BALA
[tambah bingung sambil
menjambak rambutnya, nenarik nafas dan menghembuskan] aduh! Bukan begitu maksud
saya tuan. Tapi, bolehkah bertanya sesuatu?
PENGANGGUR
[penganggur kaget mendengar
suara dan bersembunyi. Bala tambah bingung dan lalu mencari dan menemukannya.
Dan mereka saling kejar – kejaran, hingga ngos – ngosan] apa salahku!? Kenapa
kamu mengejarku?
BALA
[dengan masih tersengal –
sengal] saya tidak mengejarmu. Tuan yang berlari dahulu. Saya hanya ingin [ia
mulai sadar terhadap apa yang ia katakan]
PENGANGGURAN
Apa yang kau yang inginkan
anak muda!
BALA
Saya ingin bertanya [lupa,
lalu menutup mulutnya dan penganggur lari dan Bala tidak mengejarnya. Lalu ia
berjalan keluar karena putus asa]
II
SESEORANG DENGAN PAKAIAN
RAPI BERLARI DIKEJAR SESUATU SAMPAI TERJEREMBAB, LALU BANGKIT, DAN TERUS
BERLARI.
SETTING SEBUAH RUANGAN
DENGAN BERBAGAI BAJU, MAKANAN, KESENANGAN LAINNYA, DAN BINATANG YANG TELANJANG
DENGAN KOSTUM WANITA SEKSI,
REBHOT
Selamat Datang tuan! ada
yang bisa saya bantu, kami meiliki berbagai macam – macam kesenangan dan
kebahagian yang anda inginkan!
BALA
[ia bingung] Mohon maaf nona!
E e bolehkah saya bertanya sesuatu?
REBHOT
Ya. Boleh tentu saja, sangat
boleh. Anda adalah tuan disini. Silahkan duduk di kursi ini.
BALA
Terima kasih. [ia
mengeluarkan selembar kertas] Saya mencari ini nona! apakah anda mempunyai atau
tahu dimana?
REBHOT
Hmmmm. Tentu ini tempat
paling lengkap, terpercaya, teraman, termewah, teristimewa, tercanggih dan
terlainnya. Namun, ada hal yang harus di bayar dengan nilai yang sangat mahal.
BALA
[ia mulai berpikir dan
membuka seluruh sakunya. Dan membuka tasnya] berapa tuan? Apakah ini cukup
untuk sesuatu yang saya cari?
REBHOT
Sebentar ini hanya cukup
sepertiga dari yang tuan cari.
BALA
[Lalu ia mengeluarkan
sesuatu]
REBHOT
[mengeluarkan kaca pembesar]
eee ini seperempat untuk sesuatu yang anda cari?
BALA
[ia mengambil segala
perbekalan] apakah ini cukup
REBHOT
Hampir! [rebhot mengelilingi
Bala dengan penuh teliti]
BALA
[Ia memberikan beserta
seluruhnya] kalau ini semua apakah masih
REBHOT
Hemm. Oke silahkan masuk ini
adalah dimana anda bisa menemukan sesuatu yang cari
BALA
[BALA masuk kesebuah ruangan
lalu masuk kedalam dan lampu dengan efek lalu di putar kursi itu. Ia mulai
diperlihat segala role model orang – orang didunia]. lalu ia menyentuh cermin
dan melihat bayangan dan meraba – raba bayangan itu. ia masuk dalam pintu itu.
muncul orang – orang “dirimu! aku! dirimu, aku! apakah kau tahu! tidak! akulah
dirimu sejuta tanda, sejuta citra, sejuta makna, akulah dirimu! jangan! dengan
sejuta pesona, sejuta kehanyutan, berjuta – juta ekstasi.
LALU
SOSOK A
Kembalilah, kembalilah, tak
perlu kau memaksakan diri untuk berjalan lebih jauh.
SOSOK B
Kau tak perlu ragu dengan
keputusanku? (diam sejenak) Tunggulah sampai saatnya tiba!
SOSOK A
Apa kau sudah lupa, sudah
tidak bisa dihitung dengan jari semenjak peristiwa itu.
SOSOK B
Aku tidak akan ingkar janji.
Percayalah!
SOSOK A
Kita tidak pernah tau, air
mata siapa yang akan jatuh lebih dulu di antara kita. Itulah yang aku takutkan.
SOSOK B
Berhentilah untuk menakuti
dirimu sendiri.
SOSOK A
Aku hanya melakukan
kewajibanku, melalui kehendak dari seluruh apa yang aku punya. Kau katakan itu
menakuti diriku sendiri? Sementara, kita hidup bersama orang lain. Dan akan
terus bersama mereka.
SOSOK B
Ya, kita memang berdiri di
antara dua kemungkinan.
SOSOK A
Tapi kita juga beridiri di
antara kemungkinan-kemungkinan yang lain.
SOSOK B
Kau mau memilih satu pilihan
lain dari dua kemungkinan itu?
SOSOK A
Kembalilah, kembalilah, tak
perlu kau menyiksa dirimu dalam kelelahan.
SOSOK B
Mengapa mesti kembali, ia
telah membangunkanku dari tidur yang nyenyak, mengajakku pergi meningglkan
tempat yang aman dan tentram, agar bisa kita hirup udara yang lebih segar.
SOSOK A
Tanyakan lagi pada dirimu,
siapa sebenarnya yang mengjakmu untuk berjalan. Bahkan sesaat sebelum kau
melangkah untuk pergi, lebih jauh, lebih jauhh.
SOSOK B
Sering aku menghabiskan
waktuku di berbagai tempat untuk berbicara dengan diriku sendiri. Menepi di
sudut-sudut yang jauh dari keramaian. Hingga di sana, aku merasakan bagaimana
ia menuntunku.
SOSOK A
Aku hanya tidak ingin kita
berada di tempat yang berbeda. Terlempar ke sebuah tempat yang Jauh lebih
asing. Berselimut kabut, sunyi tanpa batas, jauh dari kebiasaan seperti yang
telah kita lakuakan.
SOSOK B
Tak perlu kau ragukan itu.
Tunggulah sampai saatnya tiba!
SOSOK A
Tidak ada kata tiba untuk
sesuatu yang sudah sampai. Mereka hadir di masa lalu, hari ini, hingga masa
depan.
SOSOK B
Lantas?
SOSOK A
Kembalilah! Kembalilah! Kau
tak akan sanggup menanggung kesepiannya di sepanjang perjalanan.
SOSOK B
Kau selalu mengajakku
kembali setelah kita terlanjur pergi.
SOSOK A
Sudah ku katakan, tak perlu
kau memaksakan diri untuk berjalan lebih jauh. Kembalilah!
SOSOK B
(wanita itu penuh
kebimbangan) Itu tidak mungkin.
SOSOK A
Kenapa tidak mungkin? Kau
ragu?
SOSOK A
Tentu saja tidak mungkin!
Karena Itu cara berpikir yang tidak tepat.
SOSOK B
Katakan saja cara berpikir yang
salah. Kenapa kau begitu enggan. Itu
lebih mudah aku terima dari pada kalimat yang baru saja kau ucapkan. Kau yang
akan memilih dua kemungkinan. Sebagian dari mereka, seseorang yang lembut
hatinya dihina, dimusuhi dan diusir hingga kemudian menjadi terasing di
tempatnya sendiri. Di antara sepasang suami istri dengan anaknya yang masih
bayi, bertengkar kemudian berpisah di tengah kebahagiaan yang baru mereka
rasakan. Juga di antara dua orang bersaudara yang tidak mempunyai keluaraga,
rela berpisah dan memilih hidupnya sendiri-sendiri. Pada kemungkian mana kau
akan berdiri?
SOSOK A: Sudah ku katakan, kau tak
perlu ragu dengan keputusanku! Tunggulah sampai saatnya tiba!
PADA SEBUAH SCINE
SOSOK
Hanya sebuah pohon. Tak ada
yang lain.
SOSOK
Ya, hanya sebuah pohon di
atas gundukan tanah.
SOSOK
Satu rumah pun tak ada.
SOSOK
Tenang dan meneduhkan.
SOSOK
Kemana mereka pergi?
SOSOK
Dalam hembusan angin kecil.
SOSOK
Aku harap, kau tak melakukan
sesuatu yang hanya akan mengulur waktu di tempat ini.
SOSOK
Ada kesegaran udara di
antara daun-daunnya yang melambai. Kau juga merasakan itu, Bala?
SOSOK
Aku bertanya ke mana
orang-orang yang tadi kita temui, tapi kau malah menjawab dengan sesuatu yang
tidak ingin aku pikirkan.
SOSOK
Kita akan teduh di bawah-ranting-ranting
yang menaunginya.
SOSOK
Berhentilah berpikir tentang
pohon ini!
SOSOK
Kau bertanya ke mana mereka
pergi? Aku kira mereka tidak ke mana-mana. Masih bersama kita, di sini! (Rebhot
menarik Bala ke depan) Lihatlah! (memberi isyarat dengan ke dua matanya).
SOSOK
(memperhatikan dua orang
yang berada di sampingnya) Bukan itu yang aku maksud.
SOSOK
Apa kau sudah tak memerlukan
orang lain dalam hidupmu? bahkan untuk dirimu sendiri?
SOSOK
Justru karena aku
membutuhkan, aku bertanya mengapa mereka tidak berhenti di sini?
SOSOK
Apa kau anggap mereka bukan
bagian dari orang-orang yang kita temui tadi?
SOSOK
Yang aku lihat, segerombolan
orang yang berjalan di antara kita. Bukan mereka. Juga bukan sebuah pohon.
(Diam) Aku rasa, ini bukan tempat yang kita tuju!
SOSOK
Ya, memang. Kau sudah
menyadari itu.
SOSOK
Lalu mengapa kita berhenti
di sini?
SOSOK
Kita istirahat sejenak!
SOSOK
Di sini? di tempat seperti ini? Mengapa tidak di
sebuah tempat di mana kita bisa beristirahat dengan tenang.
SOSOK
Kita bisa membangunnya di
sini. Di bawah pohon, di atas bentangan tanah laus, di mana kita bebas melihat
bintang-bintang di waktu malam. Kau juga bisa beristirahat dengan tenang.
SOSOK
Itu hanya akan mengulur
waktu.
SOSOK
akhirnya
kita bisa melihatnya lagi.
SOSOK
terasa
makin jauh.
SOSOK
Aku
bahagia kita bisa berada di sini, Setelah menumpuh perjalanan yang cukup jauh.
SOSOK
(melihat
perbekalan yang mereka bawa)
SOSOK
sangat meneduhkan. tak
banyak kita menemukannya di tempat lain. Bahkan di tempat di mana
kita memulai untuk pergi
SOSOK
sudahkah
kau berpikir tentang perbekalan kita yang tinggal sedikit.
SOSOK
Sudah
sangat lama, bahkan bertahun-tahun.
SOSOK
aku
kira, kau belum menemukan jalan keluarnya
SOSOK
kapan? Sejak kapan? itulah yang tidak aku temukan.
SOSOK
kita
tak dapat berlama-lama di sini.
SOSOK
Kita
beruntung bisa menikmatinya di tempat ini.
SOSOK
Beruntung?
SOSOK
Sungguh
tenteram rasanya berada di bawah daun-daunnya yang melambai.
SOSOK
Tak
lama lagi matahari akan tenggelam. Dan kau masih saja ingin mengulur waktu. Ayo!
[mereka berdua lalu melanjutkan].
BADAI DALAM SEBUAH
PERJALANAN TERJADI, HINGGA MELULUHLANTAKAN APA YANG ADA. TERMASUK HARAPAN, CITA
– CITA DAN KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN YANG SUDAH DI BANGUN DENGAN KOKOH
SEKALIPUN.
SOSOK 1
Apa yang terjadi? (bala
kaget mendengar perkataan penganggur)
SOSOK 2 sudah selesai
SOSOK 3
Apa yang sebenarnya kau
cari?
SOSOK 1
kosong!
SOSOK 2
gelap.
SOSOK 3
apakah semua telah usai?
SOSOK 1
Dari mana kita akan
memulainya
SOSOK 3
Tak ada yang perlu di mulai,
karena ini belum berakhir.
SOSOK 1
Semuanya hilang!
SOSOK 2
Itulah akibatnya.
SOSOK 3
Tentu!
SOSOK 1
Tidak tersisa satupun, untuk
kita bawa.
SOSOK 2
Masih ada, sesuatu yang
tertinggal dalam diri kita. Meski itu hanya sebuah harapan.
SOSOK 3
Harapan tak lain hanya ilusi
dalam setiap bayangan cahaya yang kita sering kali gagal untuk melihatnya.
SOSOK 1
Kita adalah manusia yang
memiliki daya dan upaya untuk berupaya.
SOSOK 2
[berjalan mencari sesuatu]
SOSOK 3
Kita tentukan sendiri –
sendiri jalan kemana yang akan di pilih.
SOSOK 1
tidak
SOSOK 2
Iya
SOSOK 3
Benar, jangan menciptakan
badai untuk yang kedua kali
SOSOK 1
kitalah yang menciptakannya
SOSOK 2
Tidak ada yang tahu, apa
yang terjadi kedepan. Ketidakpastian justru jauh lebih mematikan dari hukuman
yang kita alami.
SOSOK 3
sudah saatnya, kita
menentukan masing – masing waktu tidak banyak tersedia disini.
SOSOK 1
Semua akan bertanggung
jawab, lalu kita bisa mencari solusi dari apa yang terjadi.
SOSOK 3
aku lelah
SOSOK 1
awas, itu hanya ilusi.
SOSOK 2
Kita harus terus mencari
SOSOK 3
Dimana?
KESIA – KESIAN
SOSOK A
apakah masih ingat?
SOSOK B
masih, namun hanya samar –
samar.
SOSOK A
kau ingat pohon itu. Tempat
kita berpapasan setiap waktu
SOSOK B
iya, aku ingat. kau yang
mencoba mengajakku berbicara saat kita menunggu hujan reda, lalu kau menawari
payung.
SOSOK A
Syukurlah. Kamu masih
mengingatnya.
SOSOK B
Tak sengaja aku mengingatnya
karena itu awal dari kegoblokanku.
SOSOK A
Kegoblokan?
SOSOK B
Ya itulah kegoblokan ketika
merasa terkesima oleh niat tulusmu.
SOSOK A
Aku memang tulus
mencintaimu.
SOSOK B
mungkin, pada mulanya begitu
aku mempercayaimu. Hehe
SOSOK A
lantas, kenapa sesuatu yang
kita sepakati sebagai ikatan.
SOSOK B
ya. Mungkin itu adalah
sebuah kesadaran yang muncul dari kegoblokanku
SOSOK A
[marah] kenapa kamu selalu
dan selalu menyatakan sebagai kegoblokan dan apa yang kau sadari atau.
SOSOK: sudahlah kita bertemu disini
bukan untuk membahas perihal itu. Tarik nafas, tahan dan hembuskan. Bahwa kau
harus menerima segalanya.
SOSOK A
apa? Menerima? [berjalan
membelakangi] Tidak, tidak
SOSOK B
terus apa yang kau inginkan
dari diriku saat ini yang sudah jelas. Bukan lagi sesuatu yang ada nilainya dan
akupun juga tak mau mengulanginya
SOSOK A
hehehe. [tertawa, menghela
nafas]
SOSOK B
kau terlalu gampang
mengambil keputusan
SOSOK A
itulah yang harus aku
lakukan
SOSOK B
segala sesuatu yang tidak di
ikat di atas pondasi yang kokoh, rentan akan hembusan nafas kita masing –
masing.
SOSOK A
kau terlalu mengada – ada.
SOSOK B
terserah, bagaimana kau
memahaminya.
LALU SOSOK YANG MUNCUL SATU
PERSATU SATU, LAMPU SPOT BERPINDAH KE ARAH MEREKA.
SOSOK 3
Wahai cinta
SOSOK 4
Selamat malam, lagi ngapain.
SOSOK 3
Nampaknya aku sudah tak memiliki
kendali atas sadarku.
SOSOK 4
Aku rindu, kamu sudah makan?
SOSOK 3
Bangsat, kau telah merenggutnya
SOSOK 4
Ya aku juga rindu. Belum
makan, tidak selera
SOSOK 3
Owh. Wahai cinta mendekat
rengguhlah jiwa, bawalah aku mengitari arsy.
SOSOK 4
Makanlah nanti kamu sakit,
yok kita makan mak erot po?
SOSOK 3
Altar sudah aku isi dengan
air.
SOSOK 5
Hahaha lucu, kamu tahu gak
itu tahu kalau dimakan jadi apa? Jadi apa? Bukan tahu.
SOSOK 1
Tenanglah
SOSOK 2
Mampuslah kau di koyak –
koyak rasa ingin, rindu,
SOSOK 3
Namun tak mampu, Kini kering
kerontang
SOSOK 4
Gak, malas. Gimana kalau
kita jalan – jalan, aku stres banyak tugas. Atau kalau kita makan di kafe
tempat kita pertama bertemu, eh kamu tahu disana ada tempat tongkrongan baru,
atau kita berburu diskon, tapi aku males hujan
SOSOK 5
Otakmu tak mampu mengeja
kesemestaan
SOSOK 1
Tenanglah wahai jiwa jiwa
SOSOK 2
Mampuslah kau di koyak –
koyak rasa rindu
SOSOK 3
Owh tidak! ini sungguh
nikmat
SOSOK 4
Hujan – hujan enaknya
ngapain iya?
SOSOK 5
Hidup memang lucu, dari
saking lucunya Tuhan ikut tertawa hahaha
SOSOK 1
Tenanglah! tenanglah! akan
ada suatu hari kau akan bahagia.
SOSOK 2
Mampuslah kau di koyak –
koyak birahimu
SOSOK 3
Jangan lepas terus
terjanglah, sampai kau mencapai titik Eks
SOSOK 4
Kalau hujan, kalau hujan
enaknya di kamu.
SOSOK 5
Sungguh ini emang lucu
SOSOK 1
Hahaha, anak muda kau hanya
berjalan dari suatu tempat ke tempat yang kau tak tahu apa yang kau cari,
SOSOK 2
Mampuslah kau di koyak –
koyak rasa jambu, melon, mangga. Hahahahahahaha hahahahaha. Akan terus seperti
itu hinggu ajal mendekatimu
SOSOK 3
Lemparkan, hujam, tikam,
terkamlah, tebas
SOSOK 4
Ih, sungguh? emang enaknya
dimana? najkallll
SOSOK 5
Lucu sumpah itu sesuatu yang
konyol, dari hidup Yang kita tertawakan dari sudut hidup yang maha absurd.
SOSOK 1
Gerak kesemestaan tidak
hanya dicocokkan dengan retorika, teori, kalkulasi, abraksi, obsesi, dan hal –
hal kau anggap sebagai kepastian.
SOSOK 2
Masih belum jera
SOSOK 3
Samapai tiada tersisa
SOSOK 4
Dimana ya? Akupun tak tahu
SOSOK 5
Kalian masih sama seperti
mereka yang tertawa, menangis, mengolok – olok, menghardik, tanpa mau mengerti.
Karena terlalu silau akan bias cahaya lampu.
SOSOK 1
Sudahlah
SOSOK 2
Ow teruslah jika masih itu
adalah yang senangi
SOSOK 3
Aku mencintaimu dari nol
derajat ke tak terhinggaan
SOSOK 4
Sebetulnya kau tahu, hanya
malu untuk mengatakannya. Jangan memulai yang kau tak ingin memulainya. Karena
yang sudah di mulai harus kita bayar dengan harga yang sangat maahal harganya.
SOSOK 5
Memang seperti ini adanya
tak bisa berharap dari manusia yang hanya menebar kepalsuan dalam setiap
geraknya.
SOSOK 1
Woi makan
SOSOK 2
apa menyesal, apa aku bilang
SOSOK 3
Namun, kenapa kau pergi
dengan kesiap angin
SOSOK 4
Maksudmu, aku tak paham. Aku
tak pernah memulai. Bukan kita di pertemukan atas dasar yang sama.
SOSOK 5
Berhenti untuk hal tak
penting atau dianggap paling penting sebelum kita benar – benar sadar akannya.
SOSOK 1
Hanya kealfaan hidup, yang
temui dari riuh gelora yang tak mampu memaknainya
SOSOK 2
Gimana?
SOSOK 3
Melesat tiada bekas dan kini
aku bersama luka, hingga aku tak tahu matahari esok akan bersinar
SOSOK 4
Entahlah. Aku juga tak tahu
kapan menyadarinya sampai semuanya berjalan jauh, sangat jauh. Sampai relung
yang tak terjangkau oleh logika, inilah gerak naluriku.
SOSOK 5
kelucuhan dan kepentingan
hanya tergantung kita menamainya.
LAMPU SPOT KEMBALI KE ARAH
MEREKA BERDUA
SOSOK: ternyata benar dugaanku.
SOSOK: kamu sama seperti dahulu
tidak pernah berubah. Ayolah segala sesuatu memang harus berjalan tidak
sebagaimana mestinya.
HINGGA
SOSOK
Ketika aku telah mengetahui
segalanya dan pengetahuan itu telah dibeli tunai! Setelah itu…, kumulailah
penggambaran tanpa tujuan hidup dari hari kehari, tanpa tujuan apa-apa. Akupun mengambil peranan gerak semesta;
hamba, penguasa, penjahat, dan peran seorang iblis pun pernah [tertawa terbahak
– bahak]. Membiarkan diriku hancur. Oh, mestinya aku dulu adalah seorang yang
besar namun perlahan-lahan aku buang jauh-jauh semuanya dan memainkan peranan
tolol, kehilangan pegangan, kehilangan kekuatan diri. Lalu, akhirnya hanya
menjadi seorang [jeda] apa yang bisa dibanggakan dari pada seorang laki-laki
ini oh. Aku telah ditelan seluruhnya kedalam liang besar yang gelap. Gerombolan
itu terdiri atas banyak perorangan yang kekuatannya seharusnya terletak pada
kemampuan masing-masing individu untuk tampil sebagaimana dirinya: sebagai
individu; dan tak ada, sama sekali tak ada, tak seorangpun dihalangi untuk
tampil sebagai individu kecuali kalau ia menghalangi dirinya sendiri—dengan
jalan menjadi unsur suatu massa. Namun, malam ini ketika aku terbangun kulihat
kebelakang. Di sana, di sampingku terbentanglah waktu.
Kini Menelusuri sudut demi
sudut dunia, menjelajahi ruang demi ruangnya, mengikuti jejak demi jejak
waktunya, mencatat penggal demi penggal sejarah – merupakan perjalanan yang
mengairahkan, sekaligus melelahkan. Dunia telah membawa kita menjelajahi
berjuta pengembaraan, berjuta kegairahan, berjuta keterpesonahan; ia telah
mempertontonkan kepada kita berjuta tanda, berjuta citra, dan berjuta makna; ia
telah mempertunjukkan pula berjuta keterpesonahan, berjuta kehanyutan, berjuta
ekstasi. [jeda] akan tetapi, semua penjelajahan, semua tontonan, semua
keterpesohan, itu ternyatatidak pernah memuaskan hasrat manusia. Berlarilah dan
terus berlari, [ia tertawa putus asa] lagi kau bisa.
REBHOT
[ia hanya duduk, lalu
tertawa puas dan licik]
BALA
Tidak! [ia membuka pintu dan
melepaskan semuanya] tidak buka itu yang saya cari
REBHOT
Hemmm tenang tuan kami masih
memiliki beraneka ragam keinginan, kesenangan, yang bisa tuan dapatkan disini.
Mustahil orang tidak menemukan apa mereka cari disini.
BALA
Tapi aku sudah tidak
memiliki apapun hanya tinggal baju yang saya pakai
REBHOT
Tenanglah tuan, silahkan
duduk kembali bisa kita obrolkan lalu mencari kesepakatan, atau negosiasi,
karena kami bisa membantu mengwujudkan nya. Bagaimana?
BALA
Sebentar [ia mengamati
dengan seksama setiap macam – macam benda disana] bolehkah saya mencoba sebelum
menjadi pemilik sah.
REBHOT
Tentu boleh, namun hanya
kawasan ini yang boleh anda mencoba terlebih dahulu
BALA
[BALA mencoba gelumbung, ia
mendapat kesenangan dan kebahagian ia bermain dengan puas hingga seluruh
panggung penuh dengan gelumbung]
REBHOT
[Ia, tertawa]
BALA
[setelah bermain, semua
hanya semu] ini semu! [lirih] itu semu [kecewa] semua semu [marah]
REBHOT
[Tertawa puas]
III
GAMBAR SETTING TUPUKAN BUKU
BESAR DAN ADA FIGURA DENGAN TULISAN BESAR “MALAS MIKIR AREA DILARANG BERTANYA!”
BALA
[ia hanya celingukan,
bertemu dengan orang yang aneh. Menatap dan mengamati lebih dalam, mendekat
lalu bertanya] permisi boleh bertanya. Permisi, boleh bertanya. Permisi, boleh
bertanya!
PENGANGGUR
[penganggur kaget mendengar
suara dan bersembunyi. Bala tambah bingung dan lalu mencari dan menemukannya.
Dan mereka saling kejar – kejaran, hingga ngos – ngosan] apa salahku!? Kenapa
kamu mengejarku?
BALA
[dengan masih tersengal –
sengal] saya tidak mengejarmu. Tuan yang berlari dahulu. Lalu saya.
PENGANGGUR
[mengingat] benarkah begitu?
Hahaha [melanjutkan pekerjaannya]
BALA
Permisi, boleh aku bertanya
[ia mendekat] permisi tuan boleh aku bertanya. [lebih dekat lagi] permisi boleh
aku bertanya.
PENGANGGUR
[penganggur kaget mendengar
suara dan bersembunyi. Bala tambah bingung dan lalu mencari dan menemukannya.
Dan mereka saling kejar – kejaran, hingga ngos – ngosan] apa salahku!? Kenapa
kamu mengejarku?
BALA
[BALA sudah capek.
Dan duduk]
PENGANGGUR
Hey apa yang kamu lakukan
disini?
BALA
Bolehkah saya minta air?
Haus!
PENGANGGUR
[memberikan air]
BALA
Saya sedang tersesat mencari
sesuatu, tuan.
PENGANGGUR
Tersesat? [ketawa]
BALA
Iya. Saya sedang melakukan
perjalanan
PENGANGGUR
[mikir] semacam traveling?
BALA
Bukan tuan. Saya berjalan
mencari sesuatu. Lalu tersesat.
PENGANGGUR
Mencari sesuatu? [lalu ia
mencatat dan mencari dengan menggunakan kata kunci itu] aku tak menemukan apa
yang kamu katakan.
BALA
[tambah bingung sambil
menjambak rambutnya, nenarik nafas dan menghembuskan] aduh! Bukan begitu maksud
saya tuan. Tapi, bolehkah bertanya sesuatu?
PENGANGGUR
[penganggur kaget mendengar
suara dan bersembunyi. Bala tambah bingung dan lalu mencari dan menemukannya.
Dan mereka saling kejar – kejaran, hingga ngos – ngosan] apa salahku!? Kenapa
kamu mengejarku?
BALA
[dengan masih tersengal –
sengal] saya tidak mengejarmu. Tuan yang berlari dahulu. Saya hanya ingin [ia
mulai sadar terhadap apa yang ia katakan]
PENGANGGUR
Apa yang kau yang inginkan
anak muda!
BALA
Saya ingin bertanya [lupa,
lalu menutup mulutnya dan penganggur lari dan Bala tidak mengejarnya. Lalu ia
berjalan keluar karena putus asa]
IV
SETTING JAM DINDING BESAR
MENUTUP SELURUH PANGGUNG DENGAN SIMBOL [BATIN] DAN JARUM YANG PANJANG.
BALA
Tuan [ia berjalan dengan
penuh keraguan] ini dimana? Dimana ini? Mengapa nampak sangat asing dan gelap.
ORANG TUA
Rah [ia mengangkat satu
tangannya] Rah
BALA
Rah? Apa maksudnya.
ORANG TUA
Rah! [ia mendekat semakin
dekat, Bala mundur ketakutan] Rah
BALA
Tolonglah! Tuan saya sedang
tidak bercanda!
ORANG TUA
Rah! [marah] lihatlah dan
pegang! [ia memberikan sesuatu berupa lentera] fuh [matanya terpejam]
BALA
[bala memegang sebuah
lentera] mohon maaf tuan saya memang tersesat dan memerlukan cahaya. Matahari
dan bulan sudah cukup untuk menerangi semesta.
ORANG TUA
[ia tersenyum, lalu orang
tua menuntun bala ke sebuah ruangan dan lentera itu diletakkan di sebuah pintu]
Amaa Amaa amaa [semua terang, lampu efek; dimensi]
BALA
[Ia terpukau]
ORANG TUA
Gerak mata bagai cahaya
Menerawang ke penjuru
semesta
Mencari arti dan makna
[koor]
BALA
Apa semua ini adalah
ORANG TUA
Apa?
BALA
Tuan mengapa anda membuat
saat bingung [ ia duduk tersipu lalu, matanya berkaca – kaca sudah putus asa]
ORANG TUA
[ia marah] Rah! Hiduplah!
Rah! Hiduplah! Bangkitlah! Tegaklah! Berdiri!
BALA
[Ia menangis sesenggukan]
aku sudah hidup, namun aku tak tahu kemana saya akan ditempuh.
ENDING
SOROWAJAN, YOGYAKARTA,
February 2023
*Saleh Ojung adalah Pria
Kelahiran Sumenep
*Hamdani Mandala
*NASKAH LAKON PRODUKSI
TEATER XXI SANGGAR NUUN YOGYAKARTA