Saya terlahir di kabupaten ujung timur
pulau madura yang terkenal dengan warganya yang mayoritas nahdliyin. Saya
terlahir di keluarga yang hampir setengahnya warga mbah yai Ahmad Dahlan. Entah
darimana kok bisa menjadi warga Muhammadiyah di antara banyaknya warga NU. Saya
hanya menebak mungkin keluarga saya terkontaminasi atau tergabung dalam persyarikatan
Muhammadiyah karena banyak sesepuh saya yang merantau ke Kota Gudeg Jogja, saya
pun tidak dapat memvalidasi hal tersebut karena sesepuh tersebut banyak yang
telah meninggal dunia, bahkan untuk abah saya sendiri saya belum sempat
menanyakan bagaimana bisa tergabung pada Sang Surya.
Sejak dulu memang kelompok kecil
keluarga kami agak dipandang berbeda oleh masyarakat kebanyakan di daerah saya.
Almarhum abah yang sempat menjadi guru ngaji di surau kecil bahkan juga
mengabdikan dirinya di pondok pesantren NU di daerah saya. Kami sering kali
jadi obrolan ketika kami sekeluarga yang ikut Muhammadiyah merayakan salat Id yang
sering kali mendahului keputusan pemerintah. Biasanya kala fajar terbit di hari
raya kita sekeluarga bergegas ke pusat kota ke titik-titik dimana pengurus
Muhammadiyah kota kami menyelenggarakan shalat Id. Pasca salat Id kami berkumpul
sebentar dengan keluarga dan kembali ke rumah untuk melanjutkan aktivitas kami
masing-masing. Besoknya kami ikut lagi dalam kegiatan salat Idulfitri versi
pemerintah dan di hari kedua ini suasana lebaran seperti seharusnya tercipta,
di hari sebelumnya kita sekeluarga hanya kumpul-kumpul sebentar tanpa ada acara
makan-makan karena kami menghargai saudara lain yang masih berpuasa. Tak elok
rasanya kami menikmati makanan di depan saudara yang masih melaksanakan ibadah
puasa.
Maos jugan
- Santrena Aebuwan
- Sanja; Alembay Pole
- Sobung Kritikus Sastra e Madura
- Khazanah Kejombloan
- Tasdid dhalem Basa Madura
Kecil saya tidak terlalu memperhatikan,
layaknya anak kecil kebanyakan yang girang menyambut Idulfitri, pakai baju
baru, terlepas dari rutinitas dibangunkan untuk makan sahur dll. Namun masa MTs
saya merasa dipandang aneh oleh masyarakat kebanyakan karena kala itu perayaan Idul
Adha Muhammadiyah berbeda dari yang lainnya. Kala itu saya berpuasa hari arafah
tanggal tanggal 8 Zulhijjah versi pemerintah.
Paginya abah sudah berpesan agar menemui guru untuk minta izin tidak
masuk sekolah karena esok hari akan menunaikan salat Id. Namanya juga anak-anak
yang sering kali fokus bermain dan lupa namun untungnya dari guru BK datang ke
kelas untuk menanyakan siap saja yang akan melaksanakan lebaran esok hari untuk
dibuatkan surat dispensasi. Kala itu di kelas hanya saya sendiri namun semua
anak-anak Muhammadiyah dikumpulkan di ruang BK untuk dibuatkan pengantar surat
dispensasi yang harus ditandatangani oleh wali. Selepas kembali dari ruang BK
mulailah di kelas saya diintrogasi sama teman se kelas. Kamu orang
Muhammadiyah, kenapan kok lebaran duluan, kenapa kok ga barengan dan banyak lagi alasan yang menanyakan mengapa saya
berbeda (ce' ilah, dah hampir mirip sama judul film yang diperankan sama aktris
cantik Dinda Hauw🤣). Sayangnya saat itu saya tidak paham apa itu
Muhammadiyah yang penting ikut kata abah.
Kuliah saya merantau ke Malang dan
tergabung dalam IMM, beberapa kali ikut kajian yang diadakan Muhammadiyah dan
sering juga diskusi dengan teman seorganisasi. Wawasan bertambah dan ketika ada
orang yang memiliki pandangan negatif saya bisa meluruskan semampu saya.
Percaya tak percaya di Madura, Muhammadiyah
nampaknya dianggap agama berbeda oleh masyarakat, bagaimana penjelasannya saya
juga bingung karena sulit dideskripsikan. Di Madura sendiri Muhammadiyah sering
menjadi bahan olok-olokan, karena sekolah Muhammadiyah sering menerima semua
peserta didik baik dari kalangan Muhammadiyah maupun di luar itu terlebih lagi
mereka yang ditolak di sekolah negeri. Selain itu banyak pemuda di daerah saya
yang jebolan dari Kampus putih Malang alias YuEmEm. Namun hal lucunya ialah
mereka yang seolah menolak keberadaan Muhammadiyah namun mengizinkan putranya
dididik dibawah naungan Sang Surya. (kalau kata grup Al-Abror ga-oga)
Maos jugan
Di tahun 2023 ini kembali saya harus
dibenturkan dengan kondisi dimana saya mengalami perbedaan jadwal salat Id
dengan pemerintah. Setiap ada orang bertanya kapan lebaran saya akan jawab
"Maklumat dari Pimpinan Muhammadiyah menyatakan tanggal 21 April, dan
untuk pemerintah masih menunggu penetapan hasil sidang isbat, namun besar
kemungkinan lebarannya berbeda antara Muhammadiyah dan Pemerintah". Taukah
anda tanggapan apa yang saya terima?? Sebuah pertanyaan lanjutan yang intinya
kok anda bisa tau apakah anda orang Muhammadiyah? Dengan yakin saya mengangguk.
Muhammadiyah, kau disanjung perihal
pelayanan namun dianggap agama baru hanya karena sering kali beda pandangan.
Padahal hanya berbeda pandangan, bukan keyakinan maupun berbeda tuhan.
Semoga masyarakat semakin banyak yang tahu
bahwa Muhammadiyah hanyalah sebuah organisasi keagamaan bukan sebuah aliran
kepercaan yang keberadaannya harus diwaspadai.
*Nurfakhmi Firdaus lahir di ujung timur pulau Madura. Ia bisa dihubungi melalui email nurfakhmi.firdaus@gmail.com, serta facebooknya: Nurfakhmi Firdaus