Tajuk buku : MEMORI HAMKA Di Dalam Tafsir Al-Azhar
Penulis :
Muhammad Zen
Penerbit :
Darul Nu'man Kuala Lumpur
Keramat adalah kemuliaan yang diberikan Allah kepada
hamba-hambaNya. Ia boleh berupa kekuatan, kebolehan atau kemampuan luar biasa
lainnya. Ia banyak dikaitkan dengan
orang-orang alim, soleh dan warak. Dulu, kini dan akan akan datang.
Pak Hamka sebagai orang alim yang soleh juga dikurniakan
keistimewaan tersebut oleh Allah. Hanya bedanya kekeramatan orang-orang soleh
dahulu hanya dapat dibaca dalam buku-buku cerita. Ia tidak dapat dirasakan atau
dibuktikan oleh generasi sesudahnya. Contohnya keramat pergi ke Makkah dengan
menaiki sejadah, terbang di udara, berjalan di atas air dan lain-lain tak
pernah kita buktikan walaupun banyak diceritakan dalam berbagai kitab Karamatul
Auliya'. Kecuali hanya dalam cerita film saja.
Sebaliknya kehebatan Pak Hamka bukan saja ada pada
cerita tapi dapat dirasakan dan dibuktikan oleh
generasi sesudahnya, termasuk kita dan insya Allah generasi setelah
kita.
Kalau diibaratkan mukjizat para Nabi dahulu,
sebahagian besar kita hanya tahu ceritanya yang sahih dari Al-Qur'an dan Hadis. Sedang mukjizat
Nabi Muhammad dapat kita saksikan hingga sekarang, yaitu Al-Qur'an. Semua
manusia kagum akan Kitab Suci dalam segala seginya. Sehingga sampai sekarang
tidak ada sesiapa yang boleh menandingi Al-Qur'an sekalipun Profesor dari
kalangan manusia bergabung dengan para Professor dari kalangan jin.
Kehebatan Pak Hamka yang dikaruniakan oleh Allah
ketika beliau dikurung dalam pernjara ialah kemampuannya menulis Tafsir
Al-Quran dan membaca Kitab suci tersebut. Mengapa dikatakan luar biasa?
Mari kita semak. Hamka (Haji Abdul Malik Karim
Amrullah) dipenjara oleh rezim Sukarno pada 27 Januari 1964 atas suatu alasan yang
beliau sendiri menafikannya . Tersenyumlah para penjilat rezim dzalim yang
dengki di atas kesedihan keluarga ulama besar itu. Pada bulan Mei 1966 Hamka
dibebaskan tanpa didapati bersalah. Berarti beliau berada dalam penjara selama
2 tahun 4 bulan.
Apa yang menarik, Hamka tidak memikirkan lagi soal
penahanannya sebaik saja berada di dalam penjara. Tapi beliau terus membaca
Al-Qur'an sehingga dalam masa 5 hari dari penahanannya telah khatam 3 kali.
Seterusnya beliau mengatur waktu malam untuk membaca Al-Qur'an dan siang
menulis Tafsir Kitab Suci itu. Apa yang terjadi?
Pada hari pembebasannya beliau telah mengkhatam Al-Qur'an sebanyak 150 kali dalam penjara di samping selesai menulis Tafsir Al-Qur'an sebanyak 28 juzu'. Tafsir yang diberi nama Tafsir Al-Azhar itu terdiri dari 30 juzuk. Tapi 2 juzuk yakni juzuk 18 dan 19 telah ditulis sebelum masuk penjara.
- Tellasan: Oreng Asapora Kabbi
- Epic Ending Preman Pensiun
- Masyarakat Madura Toron
- "Ja' Nyorot" Pak Mahfud!!!
Kalau dikira hari, Pak Hamka berada dalam penjara
adalah 840 hari. 30 juzuk Tafsir berjumlah 8631 muka surat (halaman). Yang
ditulis dalam penjara 8047 halaman. 150 kali khatam Al-Qur'an sama dengan 90600
halaman.
Maka setiap hari sepanjang dalam penjara Pak Hamka
telah membaca 107 halaman Al-Qur'an (lebih 5 juzuk) dan menulis Tafsir hampir
10 halaman. Sungguh pencapaian luar biasa. Memandangkan menulis buku ilmiyah
apalagi Tafsir perlu membuka berpuluh kitab Tafsir sebelumnya dan kitab-kitab
lain sebagai rujukan. Ia tidak semudah menulis cerita fiksyen seperti novel.
Ditambah lagi ketika itu masih menggunakan mesin taip (typewriter) biasa yang
berbunyi "tiktok-tiktok, taktuk-taktuk" bukan computer.
Seperkara yang menarik dalam Tafsir Al-Azhar ialah
banyak cerita-cerita/ kisah bersumber
dari ingatan Pak Hamka sendiri. Terutama kisah-kisah yang terjadi di Nusantara.
Berbeza dengan Tafsir/ kitab-kitab lain yang kebanyakannya hanya menurukan
kisah-kisah dari kitab sebelumnya dari sebelumnya, dari sebelumnya dan
seterusnya.... Di samping hanya kisah-kisah yang muncul di sekitar Timur
Tengah.
Setiap kali
mencari tafsiran suatu ayat ketika menulis suatu buku, saya akan merujuk
pada Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Al-Qurtubi, Tafsir Ibnu Kathir, Tafsir Ar-Razi,
Tafsir At-Tabari dan Tafsir Al-Azhar. Dalam membuat perbandingan, saya dapat menemukan berbagai
kisah dan cerita dalam Tafsir Al-Azhar yang tertuang asli dari pengalaman dan
ingatan Buya Hamka sendiri. Saya tanda halamannya untuk dikumpulkan menjadi
buku. Setelah dapat lampu hijau dari Tuan Penerbit buku, barulah digarap. Maka
terbitlah buku di atas.
Di dalamnya juga terdapat kisah Pak Hamka terselamat
daripada distrum (direnjat dengan listrik) oleh polis penjara. Bahkan polis itu
sendiri akhirnya minta diajarkan doa-doa. Ketegasan Hamka dalam mempertahankan
syariat Allah dan pembelaannya kepada Rasulullah SAW dan keluarganya juga
terdapat dalam buku ini.
Wallahu A'lam
AU3 Keramat KL, 29 Jun 2021
Muhammad Zen adalah warga Bawean yang menetap di Kuala Lumpur Malaysia