Kegalauan Adalah Hak Segala Bangsa
Sejak malam ini kami (lalampan.com) menyediakan ruang baru yaitu Pakeban untuk menuangkan segala kesedihan-kesedihan yang pernah kalian rasakan; tua muda dipersilahkan menulis, menuturkan segala cucuran air mata yang pernah tumpah. Akhir-akhir ini tempat meneteskan air mata semakin sulit, karena bagi mereka yang meneteskan air mata, akan tercapture oleh tangan-tangan jail yang kemudian menertawakannya. Dari itu kami mempersilahkan membagi cerita kesedihan melalui ruang pakeban (kamar mandi) sebagai tempat terbaik untuk meneteskan air mata. Beragam kesedihan boleh kalian tuturkan.
Beragam cucuran air mata boleh kalian teteskan. Kalah dalam pertarungan bola, kalah dalam perebutan pacar, persaingan tunangan dan lain sebagainya. Sepanjang masih ada manusia, air mata akan terus mengimbangi kehadirannya, kehadiran air mata pun akan menjadi tanda bahwa kehidupan umat manusia masih ada. Tanpa tetesan air mata, manusia tampak tidak tidak hidup, tak ada kelelahan, tak ada tangisan, tak ada kecemasan yang mengiringi kehidupan manusia karena kegalauan adalah hak segala bangsa.
- Gol Nyake’e Ate: Final Indonesia V Thailand
- Geliat Gerakan Pemuda Ansor Sumenep
- “Peran Unta Dalam Penyebaran Islam?”
Tak perlu takut untuk meratapi kehidupan yang memang hadir untuk mengukur seberapa kuat manusia bertarung untuk menjalani hidup, berapa berengsek manusia harus menjalani kehidupan, serta pola keberengsekan apa yang telah manusia lakukan untuk mempertahankan kehidupannya ditambah kelucuan macam mana lagi yang belum kau lakukan agar bisa ditertawakan orang lain. Atau kelucuan mana lagi yang belum kau tertawakan dari berengseknya kehidupan.
Di Pakeban (Kamar Mandi), manusia bisa mencuci muka dan tak terjangkau oleh orang lain yang usil. Dalam Pakeban kau bisa berdiam lebih lama. Membersihkan muka, cuci tangan setelah melempar batu pada genangan air yang menyebabkan air mantul dan mengenai orang lain. Atau kau bisa membersihkan segala hal yang telah mengotorinya. Cuci muka membuatmu tak kelihatan bahwa kau baru saja meneteskan air mata, membuang kesedihan yang paling berutal yang pernah menghantui hari-harimu, kesedihan nan kegalauan yang menyergapmu seketika. Sampai kau tak berdaya bahwa dirimu berada dalam dekapan kecemasan panjang yang melukai hari-harimu.
Tentu saja kau tak menyadari berada dalam kungkungan
kecemasan, luka dalam, hari yang menyesakkan dan pernafasan yang tertahan
karena kepergianmu. Semua itu telah menjadi tubuhmu, menjadi aktifitas harimu
yang tak terasa telah menjadi pola gerakmu. Menjadi tubuhmu. Menjadi tubuhmu.