Hanya Slogan “annadhofatu minal iman"
Ketika jargon "annadhofatu minal iman" hanyalah sebuah slogan tanpa banyak diamalkan oleh sekolah-sekolah islam.
Sebagai negara dengan populasi umat muslim terbanyak
di dunia saya yakin jargon "Annadhofatu minal iman" adalah sebuah
selogan yang familiar didengar oleh masyarakat wabil khusus umat muslim di
Indonesia. Dari kecil masyarakat diajarkan bahwa kebersihan itu sebagian dari
iman, begitu pemahaman yang sejauh ini saya tahu (jika salah mohon dikoreksi).
Namun apa jadinya jika lembaga pendidikan islam yang menggaungkan hal tersebut
hanyalah sebuah pemanis belaka serta
tidak berbuat banyak perihal kebersihan lebih-lebih di lingkungan mereka?
Memang tidak bisa dipungkiri bahwasanya perihal kebersihan baik diri maupun
lingkungan merupakan tanggung jawab masing-masing namun alangkah baiknya kita
juga harus lebih peduli pada lingkungan. Apalagi di zaman modern seperti
sekarang, banyak sampah yang tercipta dari kegiatan kita sehari-hari. Seperti
bungkus kacang, gelas air minum, bubble wrap bahkan sampai daerah kelamin
manusia pun di zaman modern seperti ini menghasilkan sampah. Dari sampah yang
saya sebutkan di atas merupakan sampah-sampah an-organik yang seperti kita
ketahui akan sulit diuraikan oleh alam.
Akhir-akhir ini saya sedikit terusik dengan
aktifitas para santri pondok pesantren yang kerap saya jumpai sedang melakukan
pencemaran lingkungan. Harusnya sebagai orang yang tahu agama lebih sadar dan
peduli terhadap kebersihan.
Maos Jugan
Kenapa Jika Saya Muhammadiyah?
Mosemma Arta’, Gatel keng Manes
Sebagai orang yang mondar-mandir di jalanan sering
kali saya jumpai, terutama pondok pesantren yang berdekatan dengan aliran air
sungai dengan mudahnya membuang sampah di aliran sungai dengan terang-terangan.
Sebut saja di daerah sepanjang kabupaten Sumenep-Pamekasan. Kala sedang
berangkat kerja di malam hari sering saya melihat para santri membawa gerobak
sampah sedang membongkar muatan sampah di atas kali. Kejadian ini bukan hanya
sekali dua kali saya jumpai. Pernah pula saya berkunjung ke salah satu pondok yang
berdekatan dengan kali. Hal yang saya perhatikan adalah sampah-sampah plastik yang
berserakan di bantarannya. Memang lingkungan pondoknya nampak bersih namun
tidak dengan lingkungan sekitarnya.
Pernah juga berkunjung ke sekolah islam milik
pemerintah, saya perhatikan tingkat kesadaran warganya akan kebersihan masih
kurang. Sering kali mereka membuang sampah sembarangan bahkan di samping bak
sampah. Tolong, setidaknya jika kalian tak mampu membersihkan sampah yang ada
jangan memperburuk keadaan.
Memang persoalan sampah bukanlah hal yang sederhana,
jika kita mau masih banyak sampah yang bisa dimanfaatkan untuk didaur ulang.
Mungkin kita sering dengar istilah "Reuse, Reduce & Recycle".
Bayangkan jika semua sekolah islam yang mayoritas punya lembaga yang besar
menerapkan 3R di atas. Bisa dipastikan angka pencemaran lingkungan terutama
oleh sampah plastik dapat ditekan dan diminimalisir. Syukur-syukur dapat
mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomis yang bisa membantu mendongkrak
pendapatan lembaga.
Maos jugan
- BAHASA BAWEAN
- Taxi Driver 2: Ajalan Nojju Kaadilan
- Maongga Bako Madura
- Jalan Terjal Kegalauan Umat Manusia
Lembaga dapat menggandeng komunitas yang
berkecimpung di bidang sampah, bekerjasama dengan DLH bahkan sering-sering
mengadakan pelatihan terkait pengolahan sampah. Apabila semua terlaksana dengan
baik dijamin jargon "annadhofatu minal iman" bukan hanya slogan yang
diucapkan di mulut saja bahkan dapat membuat lingkungan bersih dan kesan kumuh
pada pondok pesantren akan hilang dengan sendirinya.
Saya harap dari tulisan saya ini banyak warga yang
sadar serta lebih peduli perihal kebersihan
lingkungan.
Nur Fakhmi Firdaus, Warga Sumenep