lalampan.com. 1445. Bangsa ini, dalam sejarahnya
telah melahirkan generasi-generasi yang telah mengharumkan nama bangsanya.
Mungkin yang paling gampang dan mudah kita kenali adalah Bacharuddin Jusuf yang
telah berhasil membuat pesawat, beserta teori-teorinya diakui dunia, namun
sayang kurang begitu berpengaruh dalam negeri. Tentu hari ini dengan era
keterbukaan, pastinya pemuda-pemuda dari berbagai pelosok Indonesia sudah bisa
mempelajari apapun di dunia.
Dulu orang-orang Australia merasa perlu untuk
belajar persoalan kelautan pada masyarakat Sulawesi, karena kapal-kapal besar
datangnya dari wilayah Sulawesi, seperti pinisi dan lain sebagainya. Nenek
moyang bangsa ini memang terkenal dengan pelautnya, berani mengarungi samudera
untuk melihat-melihat serta menaklukkan dunia, karena di lautan (dulu) tanpa
ada sekat-sekat ataupun perbatasan. Namun hari ini, sudah menyusut ke pinggir
pantai lalu masuk ke pedalaman, ke hutan-hutan, karena terusir dari lautan
samudera.
Maos Jugan:
apakah hari ini, bangsa ini telah kehilangan masa
kejayaannya? dimana tak ada lagi generasi yang mampu memberikan kontribusi
besar untuk menghadirkan kemajuan terhadap bangsanya. Bangsa ini tetap
melahirkan generasi emasnya. Salah Satunya adalah Ainun Najib, yang merupakan
Ahli Informasi Tekhnologi yang sekarang tinggal di Singapura, serta masih
banyak tokok-tokoh atau orang cerdas, namun berada di luar negeri, serta belum
dipanggil untuk membela negara. Karena merasa kurang dihargai.
Apa yang menyebabkan Habibi merasa perlu untuk
tinggal di Jerman? coba Tanya pada pemerintah! Mengapa Ainun Najib memilih
tinggal di Singapura, coba Tanya pada Pemerintah yang berkuasa? serta beberapa professor-profesor
yang tak diketahui masih banyak di luar negeri sana. Apa yang menyebabkan
mereka lebih nyaman berada di luar negeri? keamanan!
Keamanan dan kenyamanan hidup tentu saja menjadi
tawaran yang menggiurkan bagi mereka-mereka yang mampu, keamanan dan kenyamanan
seperti apa kiranya yang telah membuat mereka nyaman dan betah di tempat
tersebut. inilah yang perlu kita cari tahu bersama. apakah hanya karena faktor
gaji besar, sehingga membuat mereka betah dan nyaman? tak mampukah negeri ini
menyediakan finansial yang setara dengan apa yang diberikan negeri itu? dibuat
apa saja uangnya, sehingga tak mampu membayar mereka.
Bangsa ini tak kekurangan cerdas, bahkan untuk
membuat alat elektronik, kita juga mampu merakitnya, hanya saja, bahan bakunya
tidak ada. Kita bisa saja mengolah seluruh sampah yang ada untuk dijadikan
bahan-bahan, namun semua itu tidak ada yang mau mengolah. Kita lebih baik
merusak hutan, membabat habis hutan-hutan adat, melakukan pertambangan
besar-besaran untuk dihabiskan. Namun keuntungan dan labanya tetap dinikmati
orang lain, dari negara lain.
Maos Jugan
Bangsa-bangsa lain, tidak hanya berinvestasi, namun
datang dengan berbagai macam perangkatnya, China tidak hanya datang dengan
peralatan kerjanya, selain tenaga kerjanya sudah mulai berbondong-bondong,
hamparan karpet merah untuk mereka, mereka juga datang dengan alat-alat
dapurnya, transportasinya dan lain sebagainya. Bangsa ini memang ingin maju,
perlu belajar pada bangsa lain, cara untuk mengetahuinya adalah dengan cara
mendapatkan pinjaman, hutang luar negeri. Jika ngutang pada mereka, nanti
diajari cara memajukan sebuah bangsa, lalu dipajakinlah masyarakatnya agar
mampu membayar.
Sangat disayangkan, jika bangsa ini tak mampu mengolah
kekayaan yang dimilikinya, justru mendatangkan tenaga-tenaga dari berbagai
negara, sehingga kita tak dapat apapun, kita membayar pajak, agar pemerintah
yang kita pilih mendapatkan bayaran, bisa dibayar, mendapatkan fasilitas, namun
sayangnya, mereka yang kita pilih tak berpihak pada masyarakat umum.
lalu bagaimana kita mesti membangun bangsa ini.
kurang apa kiranya. Sampah masih berserakan padahal bangsa ini sangat hafal
bahwa menjaga kebersihan adalah menjaga kesehatan. Namun justruk persoalan sampah
justru terjadi di kota-kota besar. Apa tak ada generasi bangsa ini yang tak
mampu mengolah sampah untuk menjadi bahan-bahan yang lebih bermanfaat!