Namaku Maira

Bahasa & Sastra Madura Namaku Maira, Neng Ummah El-Kamil, Sastra Madura, Bahasa Madura, Kerrong ka Omba'




"TADI, Bu Nyai di ndalem bisiki, katanya beliau ada seseorang yang mau dikenalkan." Tiba-tiba Paman menghampiri saat kami duduk di teras. Kebiasaan sore yang keluarga kami lakukan bila senggang.

"Inshaallah baik anaknya. Dan yang terpenting lagi, tidak main-main." Lanjut beliau. Aku hanya duduk mematung tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Ya kalau sekiranya baik, mungkin bisa diurus lebih lanjut." Kemudian Mbah Putri menyambung. Aku tetap saja sok sibuk menatap layar ponsel.

"Kamu yaapa Nak? Mau ngikuti saran pamanmu apa mau manut Ummi?" Di suasana yang lain, Ummi tetap saja seolah tak punya tema lain untuk dibicarakan. Pokonya, bagi Ummi, tahun ini sudah harus menikah.

"Daripada calon yang pamanmu ceritakan kemarin, Ummi rasa pilihan Ummi lebih tepat. Ummi kenal, Ummi tahu dan akrab dengan keluarganya."

"Miii... Sudah jangan bahas ini lagi. Maira belum ingin, Mi..."

Maos Jugan

"Lha, teman-temanmu sudah punya anak, sepupumu yang lebih muda juga sudah menikah. Umurmu sudah berapa?" tegas Ummi lagi.

"Iya tapi menikah bukan peeihal siapa cepat, bukan ajang lomba, bukan untuk selalu terkesan dipaksakan hanya karena malu pada tetangga karena tak kunjung menikah, Mi..." Kalimat panjang ini hanya mengangan, urung kukeluarkan sebab jawaban Ummi akan tetap sama.

"Ra, gimana soal temenku kemarin yang ngajak kamu ta'aruf?" Ainun, tetangga rumah, karibku. Keturunan Solo yang kemudian tinggal di Madura.

"Ap sih Nun.... Uda ah...."

"Ra, temanku kamarin lihat kamu pas acara bazar buku kemarin. Dia minta tolong untuk sampein ini ke kamu." Faris, lagi-lagi.

Bukan senang, mengingat beberapa nama yang kemarin juga mengirim pesan lewat sosial media, di rumah, di tempat kerja mendapati semua ini aku hanya ingin menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba sesak mengerumun dan datang bergerombol memenuhi rongga dada. Ingin menangis sekeras-kerasnya kemudian mengadu ; Tuhan... Aku tak ingin menikah.



Ummah El-Kamil merupakan perawat di Pusat Kesehatan Pesantren dan merupakan Alumni Akademi Keperawatan Nazhatut Thullab Sampang. melain merawat ia juga menulis cerpen dan sanja'



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak