Aku kuliah di UK, sebuah Universitas di Kota Tua,
Kalisanat yang disingkat UK (Universitas Kalisanat), kota ini terletak di dekat
pelabuhan Kota Kalisanat, pelabuhan Kalisanat yang telah menjadi penghubung
dengan daerah-daerah di sekitar, seperti kawasan tapai hingga semenanjung
lainnya. Pelabuhan (kota) Kalisanat telah menjadi pusat perdagangan pada
zamannya, berbagai macam rempah-rempah, seperti jarangkeng, tapai, belalang.
Garam menjadi komoditas paling dicari di Kota Tua ini. Di sekitar kota tua ini,
terbentang luas proses pembuatan garam yang di masanya dikirim ke berbagai
penjuru dunia. Selain diangkut melalui pelayaran dengan kapal-kapal besar, juga
diangkut melalui angkutan darat, seperti kereta api dan truk.
Sore ini, menjelang terbenamnya matahari, aku duduk
sendirian di peron stasiun kereta, di depanku, kantor pos megah yang penuh
dengan sejarah itu berdiri kokoh, seperti ingin mengatakan bahwa aku akan
berdiri kokoh selamanya, kantos pos itu merupakan bangunan sisa zaman negara
kincir angin yang masih bertahan hingga sekarang, hingga kereta api di Pulau
Ubi ini kembali diaktifkan. Aku menunggu pujaan hatiku. Aku mengajaknya pulang
untuk menemui orang tua di kampung halaman, Kabupaten Talon, pesisir pantai
utara Pulau Ubi ini.
Maos jugan
Kalian belum tahu bahwa jalur kereta ini mengarah ke
pesisir pantau utara? nanti aku ceritakan jika pujaan hatiku sudah datang dan
kami masuk bersama ke dalam gerbong kelas ekonomi. Aku clingak clinguk
sendirian. Berdiri keluar. Ia belum nampak batang hidungnya. Bentar lagi kereta
akan berangkat. Aku pulang, lantaran kuliahku sudah selesai. Tugas akhirku
adalah tentang pertahanan maritim, aku mengambil program studi ketahanan pangan maritim.
Laut beserta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya hingga detik ini, masih tidak digarap secara serius, aku mencoba
mempelajarinya, sebagai orang yang lahir dari Rahim pesisir, aroma laut, garam,
rumput laut, lokan, kepiting, cangkang, ubur-ubur, cumi, dan biota laut lainnya
menjadi aroma tersendiri dalam hidupku. Ia menjadi aroma segar yang tak bisa
aku jauhi. Orang-orang menganggapnya sebagai kawasan kumuh, namun bagiku, aroma
itu tak bisa aku tukar dengan apapun, hari ini, kawasan-kawasan kumuh itu telah
tiada, orang sudah tahu dan menyadari bahwa perdagangan yang bersih-higinis
sebagaimana anjuran agama adalah prioritas utama. Kami berusaha keras menjaga
kebersihan kota tua ini.
Moas Jugan
Disebut kota tua, kota ini sempat nyaris mati suri dalam
beberapa dekade, sebelum kereta ini diaktifkan kembali, kota Kalisanat ini tak
begitu ramai dikunjungi, pelayaran dengan kawasan-kawasan di selatannya nyaris
lumpuh. Hanya hidup, tak lagi memiliki progresifitas yang tinggi. Hal itu
berubah sejak kembali diaktifkannya jalur kereta api ini, yang tidak hanya
mengangkut penumpang, namu juga mengangkut kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, seperti garam, tebu dan tembakau.
Proses kembalinya jalur kereta api ini tidaklah
gratis, ada pertikaian, konflik, ketegangan yang bertahan dalam beberapa dekade
terakhir, bagaimana tidak, rel kereta api di jalurnya yang dibangun di zaman
penjajahan itu, tidak hanya tertimbun tanah, melainkan di atasnya tumbuh
bangun-bangun yang ditempati oleh warga, masyarakat setempat, bukannya hanya
rumah, mushallah dan masjid yang harus dibongkar, melainkan asta, kuburan nenek
moyang juga harus dipindah di atas tanah yang disebutnya sebagai tanah negara
itu. Sebuah negara takkan memiliki wilayah (tanah) jika tak ada warganya.
Proses pembongkaran rumah-rumah, mushallah, masjid
hingga kuburan itu mendapat perlawanan yang tidak bisa diremehkan begitu saja,
cucuran air mata hingga cucuran darah terjadi. Carok tak dapat dielakkan. Di
tahun-tahun itu, perang saudara terjadi di sepanjang jalur kereta api.
Pemerintah setempat memang menjanjikan ganti rugi dan ganti untung. Rumah dan
bangunan beserta masjid atau mushallah, juga memindahkan kuburan yang mungkin
telah tersisa tulang-belulangnya. Namun siapa yang bisa mengembalikan segala
kenangan yang berada di atas tanah itu. Setiap manusia tak mau kehilangan
kampung halamannya sebab telah terjalin komunikasi yang panjang antara ia
dengan kampung halamannya. Apalagi sampai harus memindahkan kuburan yang
meskipun telah tersisa tulang belulangnya.
Maos Jugan
- Badan Usaha Milik Ya
- Pangsa Pasar Paling Menggiurkan
- Hanya Slogan “annadhofatu minal iman"
- Parebasan Madura
Aku masih menunggu pujaan hatiku sembari meregangkan
badan. Badan ini mulai kesel. Kereta juga mulai berangkat. Aku sudah pesen dua
tiket kereta. Jika ia tidak datang, hanguslah uang itu. Jika pun tak mau ikut,
mestinya ia mengabari.
pelan namun pasti, pergolakan dan penolakan terhadap
pengaktifan kembali jalur kereta api ini mulai mereda semenjak orang-orang
mulai tidak berdaya melawan, mereka bukan tidak berdaya, mereka terpaksa
memilih pindah ke tempat-tempat yang kosong, memulai kehidupan baru, memulai
cerita baru, mereka berharap dengan ganti untung yang tidak seberapa itu, bisa
membuat kehidupan mereka lebih baik, ada yang membuka toko kelontong di Ibu
Kota Negara yang baru, awalnya, banyak yang berniat meninggalkan pulau ubi ini
sebegai bentuk perlawanan, agar tidak ada yang naik kereta api, agar perusahaan
sepur itu rugi, namun banyaknya orang-orang yang pulang dari tanah rantau, dan
memilih pulang dengan naik kereta api, orang-orang yang baru pulang dari rantau
itu, telah memiliki hp berkamera bagus, mereka berfoto-foto ria dan disebarkan
di luaskan di media sosialnya, membuat semua orang ingin menaiki kereta api.
Orang-orang pun banyak yang menjadi penumpang kereta api. Bahkan mereka yang
berniat melawan, tak mau menaiki kereta, sekarang dengan senang hati membeli
tiket dan naik kereta api. Apalagi mereka tak bisa tidak jika terlalu lama tak
berdoa di kuburan sesepuhnya. rasa haus dan dahaga menyelimuti hari-harinya.
Awalnya kereta ini memang tidak terbuka untuk umum,
melainkan hanya untuk kereta barang, seperti mengangkut garam, tebu, dan
tembakau, gas, minyak, baru beberapa tahun kemudian di buka untuk umum.
Banyaknya orang-orang yang naik kereta pada saat kereta ini mengangkut barang,
mereka naik ketika kereta berjalan pelan, melihat itu, kemudian kereta ini
dibuka untuk umum.
Aiii kereta ini mau berangkat. Pujaan hatiku belum
juga datang. Apa yang terjadi dengannya. Apa Ia tidak cinta padaku. Apa ia
sudah bosan denganku. Atau ia tak mau ikut ke pesisir pantai utara? di dekat
pelabuhan Pantai Jodoh. Sungguh menyakitkan. Haruskah aku melangkah seorang diri
menuju gerbong kereta. Bagaimana jika nanti ia berlarian, berteriak-teriak
minta ditunggu, sembari mengejar kereta? Aiii
“Woyyy! Ayooo naik kereta. Cepat! Kamu tidak punya
pujaan hati. Sadar Woyyy!!!”
Kamu ternyata tak mau ikut aku. Baiklah! Selamat
Jalan Kalisanat, terima kasih telah memberiku banyak pelajaran.
Palalangan, 01 Oktober 2023