THE LIFE
University. Pada abad ketiga sebelum masehi (SM) di kampus “The LifeUniversity” hidup seorang dosen muda, cerdik, tampan, energik dan diabaikan
negara. Saat itu kondisi negara sangat memperihatinkan. Memasuki babak baru
pasca bencana non-alam yakni menyebarnya virus yang disebut dengan The BlackShadow of The Death (Bayangan Hitam nan Mematikan) itu yang telah membunuh alam
bawah sadar umat manusia dan menyebabkan kebodohan, serta keserakahan yang
membabi buta di tingkat pimpinan negara. Pada saat itu, mimpinan negara
yang berkuasa menjual obat-obatan dan
jamu pada rakyatnya dengan harga yang cukup pantastis dan biasa saja. Terutama
obat lutut.
Di kampus milik negara itu, The Life University
sedang mengadakan penelitian sebagai tugas akhir untuk mahasiswanya. Banyak
mahasiswa yang meneliti tentang kesehatan mental, kesadaran pasca pulih dari
bencana non-alam. Gangguan mental, dampak psikis terhadap keuangan keluarga,
efek kejut perekonomian pascabencana. Fungsi rumput untuk kesehatan mental,
fungsi semut terhadap penyebaran kuman. Hukum salip-menyalip dokar pasar di
tengah wabah yang ganas, serta beragam tema menarik, santai nan menggemaskan
tapi tidak lucu.
Maos jugan
Saat akan dilaksanakan ujian secara terbuka, seorang
dosen muda, cerdik, energik dan diabaikan negara gagal menguji para mahasiswa,
hal itu dikarenakan dirinya belum mempunyai Dasi Berstandart Nasional. Menurut
pengakuannya,
“Iya, mas, saya sendiri belum mampu, saat ini Dasi
berlabel, berkelas nasional jarang dikeluarkan. Iya jarang diproduksi karena
bahannya yang susah, ya bahan mentahnya, seperti kapas, sudah tidak ada orang
yang mau menanam kapas, mas. Jadi mau bikin dari kain bekas, seperti daleman,
yaaa anda bayangin sendiri, Dasi yang merupakan lambang kehormatan itu, justru
terbuat dari hal-hal yang tidak sewajarnya.” Tegasnya sebelum pulang
meninggalkan kampus The Life University.
“Ini ujian yang sebenarnya!” Tegasnya sekali lagi
sebelum naik delman.