Air Terjun
Gemericik
tetesan suara air terjun mengalir
Airnya
menyusuri bebatuan berpasir
Menyeruak
gelembung berbulir-bulir
Terhampas
angin debu terbang berbutir-butir
Kicauan burung terdengar merdu
Bagai
nyanyian nan syahdu
Mentari bersinar buram sendu
Menyatu
dengan alam nan padu
Burung
berkelompok terbang beriringan
Mengitari
air terjun di sebelah bebatuan
hingga
di ranting pepohonan
Sungguh
indah alam pedesaan
Hutan Hujan Tropis
Hutan
rimbun di suatu kawasan
Bagai
zamrud perhiasan
Tampak
indah kehijauan
Berada
di daerah perbatasan
Berkas
cahaya mentari tembus sedikit ke dalam
Pepohonan
rapat yang ada di alam
Tampak
rerumputan dan bunga sedap malam
Keadaan
gelap bagai malam
Anggrek
subur di hutan hujan tropis
Menempel
di sela batang pohon pakis
Cabang
rantingnya agak terkikis
Bagai
benalu yang mengiris-iris
Maos jugan
- Ancaman Krisis Mental Jadi Perhatian Utama
- Serradan Epon Ach Jazuli
- Bola Kasti Putri Tersaji di Ultah Garuda Hitam
- Kontestasi Pilpres 2024
- Ghul-ghul, Pertunjukan Tahun 80an
Sebuah danau
Di
suatu pegunungan
Terpisah
oleh danau biru kehijauan
Airnya
tampak jernih transparan
Dipenuhi
cadangan air resapan
Di
sisi sebuah danau
Tampak
burung bangau
Suaranya
agak parau
Bulu
putihnya berkemilau
Ikan-ikan
berenang melompat,
Bagai
berlari hingga meloncat,
Bersembunyi
dari predator yang sedang bersiasat,
Bagai
sebuah permainan petak umpet.
Lautan
Terdengar
suara burung elang laut
Bagai
panggilan saling bersahut-sahut
Menyambut
para nelayan dan pelaut
Mengundi
nasib di sisi laut
Ikan-ikan
bertebaran
Berlari
berkejaran
Bagai
lomba renang di lautan
Penuh
peruntungan
Tampak
sampan para nelayan,
memangsa kali
Penampakan
ikan
Bagai
arena pemancingan
Pisau Puisi Pemenang
Warung
berantap lembayung
Sekumpulan
politikus meminum senja
Mereka
mengidam duit kopi setelah legam kopi jelata bergelora di lidah
Pisang
goreng hilang hangat seperti asa warga
Yang
disaji tak dilahap
Politik
adalah rokok
Yang
mereka kongsi sekotak
Lalu
mati di liang yang asing...
Hari Tanpa Politik
Warung
nuansa Maghrib
Ada
anak-anak yang melihat matahari benam
Berasumsi
hari tanpa politik adalah merdeka
Sajak Bulan Maret
Dari
mendung-mendungnya yang selalu menipu
aku
selalu takut. Itu akan membuat bajuku basah
Suatu
ketika akupun bersiaga mencari tempat berteduh
berusaha mencari tempat yang tersedia untuk diriku
Langkah
kecilku bersemangat menemuinya
langkah
kian besar setelah tau disana ada bangku
akupun
duduk bersanding, dekat bunga kembang sepatu
cerita
kecilpun dimulai untuk mengisi kecanggungan
dari
kabar hingga berlabu arah tujuan pulang
Tak
disangka aku bertemu tetangga rumahku
berjarak
sepuluh rumah dari gerbang komplek
dia
juga mengenali ibuku dan saudari
perempuanku
cerita
kian seru sampai lupa kalo kita hanya berteduh
dari
keraguan mendung langit juga kian sore
kuputuskan
tuk pulang, menuju mendung ke mendung.
Ikan Dalam Jiwa
Aku
dan kolam adalah renungan
Aku
dan air adalah kehidupan aku dan ikan adalah perjalanan
Aku
dan arus adalah kerumitan
Aku
dan akuarium adalah kepalsuan
Aku
dan Darmaga adalah tujuan
Aku
dan kau adalah kepasrahan
Dari
langit mencintai kajadian
Tetap
aku--- cuma setitis kewujudan
Dari
maha cinta-mu yang mengutuhkan lautan.