Laksana
Kefanaan
Jika
hidup kau terjemahkan dengan berbagai penderitaan
Lalu
apa yang tersisa darinya tentang kebahagiaan
Semua
diakibatkan karena engkau berangkat dari titik yang tidak seharusnya dilakukan
Tentu
hidup kau lihat bukan dari sebuah anugerah
Engkau
selalu memandangnya dari sudut kekurangan yang merupakan kelemahan dasar sifat
manusia
Dari
sana
Engkau
tak pernah menemukan sudut luas yang memungkinkan dirimu untuk sekedar mengucap
syukur
Berterima
kasih atas segala apa dan dimana engkau sekarang berada
Dalam
suasana seperti itu
Secara
tidak langsung engkau telah menggiring dirimu kesisi tersulit dalam menjauhkan
rasa dari menikmati lezatnya kehidupan
Engkau
pun buta
Tak
bisa melihat berbagai macam nikmat yang sebenarnya tak terhitung sedang engkau
berada didalamnya
Karena
keberadaannya terlalu besar didepan mata
Laksana
engkau terjebak dalam lorong gua yang berada dibawah gunung tinggi menjulang
Baiknya
segera geser pengertianmu menjauh
Demi
melihat bermacam nikmat yang besarnya menjulang langit serta tak terjangkau
alat hitung
Atau
keadaan yang akan datang menggunakan tangannya untuk memaksa mengasingkan
dirimu agar dapat melihat tumpukan nikmat yang tak mampu engkau lihat
Karena
hanya penderitaan yang memiliki belenggu kuasa untuk menggiring manusia kedalam
ruang kesadaran dengan mengusir keberadaan nikmat nikmat yang tak dianggap
Memang
Kebanyakan
manusia tak tahu diuntung
Dengan
hanya setitik suasana dimana rasa tak seharusnya ia berada
Berbagai
anugerah dan nikmat seketika lenyap
Hilang
tak tersisa
Seakan
akan harapannya musnah
Dan
keberlanjutan masa hidupnya terasa hancur lebur
Seperti
tak lagi memiliki masa depan
Maka
tak salah kiranya ungkapan
Hidup
bahagia serta menderita sebenarnya sedikit banyak bergantung pada pola
pengertian yang dibangun
Jika
ditata menggunakan rasa kurang
Tentu
akan berbentuk keserakahan yang tampilan kesemua sisinya sebagai ketidakpuasan
dan kekhawatiran
Dan
apabila ditata dengan rasa syukur akan melahirkan kepuasan kepuasan yang
mendamaikan
Maka
dari itu perlu diingat
Sejahtera
bukan dilihat dari seberapa banyak kebutuhan dapat ditutupi dengan tumpukan
materi tak terbatas
Tetapi
lebih berfokus pada batin yang dapat mengelola dan mencerna keadaan dari
beberapa keterbatasan kemudian menutupinya dengan berbagai limpahan nikmat yang
telah dipergunakan dengan tanpa mengeluarkan sepeserpun dari perbendaharaan
uang dan kekayaan
Bahagia
itu hak dasar manusia
Sedang
penderitaan adalah sesuatu yang diada adakan dan dipaksakan
Maka
untuk apa hidup
Hingga
sampai lupa untuk bahagia
12 Jumadil Aher 1445
Maos jugan
- Akhir Sebatang Pohon Gayam
- AH Hasmidi Lebur ka JokPin
- Kembang Asoka, Moh Ghalib Bafadlal
- Tase’ Tadha’ Omba’, Faidi Rizal Alief
- Ghul-ghul, Pertunjukan Tahun 80an
Cahaya
Mata
Bunuhlah
ketakutan mengarungi samudra kehidupan
Walau
engkau ingin selamanya berdiri di tepi pantai
Arus
akan menyeretmu untuk mendayung Mempertemukan dirimu dengan ganasnya gelombang
Dan
mengenalkanmu pada hangatnya peluk hembusan
Engkau
bukanlah karang
Yang
hanya menunggu buih
Serta
hantaman derasnya gelombang
Engkau
juga bukan pasir
Yang
harus tidur menikmati mimpi indah berselimut deburan ombak
Engkau
adalah kesatria
Yang
tak pernah gentar mendengar gemuruh
Denting
pedang dan lolongan srigala tak pernah melemahkan semangat para pejuang
Engkau
juga bukan pecundang
Yang
ciut nyali mendengar tajamnya pedang
Dan
nama besar yang tersandang
Samudra
hidup ini harus kau sebrangi
Dan
buktikan bahwa engkau seorang laki laki
12
Jumadil Aher 1445
Dosa
Diri Kita
Diri
kitalah yang bermasalah
Bukan
alam
Bukan
kebijakan tuhan
Berhentilah
Tekanan
bukan datang dari luar
Bukan
disebabkan oleh hukum ketidakadilan semesta
Bukan
karena ketidakberpihakan takdir
Semua
sisi dari diri kitalah yang slalu bergejolak
Keinginan
yang tak pernah padam
Keserakahan
yang melebihi batas kebutuhan
Serta
kesombongan yang terus menerus dikembangbiakkan
14
Jumadil Awal 1445
Maos jugan
- Puisi Rowi El Hamzi
- Puisi Metamorfosa Manusia
- Kuperas Pelupuk Mata
- Di Laut Kepasrahan
- Rindu Terpasung Waktu
*Rowi El Hamzi warga Longos yang konsisten menulis puisi