Malam ini, sayup-sayup rindu diantara para tamu
tuhan mulai berkumandang, katanya dalam rangka menyambut malam lailatul qadar.
Aku santri, yang juga merindukan bait-bait puisi, yang mengamini do’a Mas Ilham
di akhir perjumpaan kami, 1 hari sebelum aku akhirnya resmi menjadi santri di
pesantren ini. Hari demi hari terus saja berjalan dengan segudang nikmat tuhan, hingga Aku lupa
bahwa tahun ini adalah tahun kedelapanku di Pesantren Darussalam. Dan Mas Ilham
masih saja, menjadi sosok calon imam yang paling kuamini.
“Indah, kamu disambangi”
“Ha? Kok bisa, mah?” Mamah dengan nafasnya yang
masih terengah-engah memanggilku, segera ku hapus air mata yang membersamai
ingatanku pada Mas Ilham. Pikiranku berkelana, mencari tuannya, entah bagaimana
dan kenapa Aku disambangi masa-masa tahajjud seperti ini. Hatiku sakit, dadaku
sesak ketika kulihat ternyata yang menyambangiku adalah umma Aminah, ibu
mertuaku. Kucium tangan beliau, beliau masih dengan senyum ramahnya, Aku
semakin bingung karena ummah tak terlihat gelisah, tapi kenapa hatiku terasa
sakit, apakah hanya karena rinduku pada Mas Ilham???
“Umma, Ada apa menyambangi Indah masa-masa tahajjud
seperti ini, adakah hal penting yang harus umma sampaikan?”
Umma masih setia dengan senyumnya hingga akhirnya
bulir air mata juga mengalir dipelupuk matanya. Aku memeluk umma, dirasakannya
tubuh umma yang bergetar hebat, ku elus lembut punggung umma hingga akhirnya
tangisnya mulai reda dan menatapku kembali masih dengan senyumnya.
“ Indah……..”
“Iya, umma?”
“ Tadi, sebelum Mas Ilham pergi, Mas Ilham nitip
Indah ke Umma, Mas Ilham bilang ke umma, bahwa Indah adalah gadis sholehah, Mas
Ilham juga yakin kalau Indah bisa menyuarakan aspirasi lewat literasi bukan
seperti Mas Ilham yang berkoar-koar di jalanan” Tangis umma kembali pecah.
“Pergi??? Umma, Mas Ilham pergi kemana? Jadi berangkat S3 ke Mesir, umma?”
“Jam 01.00 dini hari tadi dikabarkan bahwa pesawat
yang Mas Ilham tumpangi jatuh, dan nyawa Mas Ilham tidak bisa diselamatkan,
Allah lebih dulu memanggil Mas Ilham Indah…” pelukanku pada Umma meregang,
badanku lemas, bulir air mata terus saja membanjiri pipiku. Hatiku Sakit.
“ Indah, tenangkan dirimu.” Dawuh Ustad Akbar
disamping kami, entah sejak kapan beliau berada disini. Kutundukkan kepala
sebagai rasa hormat kepadanya.
“Shalatlah, tenangkan hatimu, Umma akan saya ajak ke
rumah.” Ustad Akbar kembali mengingatkanku. Tapi, Apa Aku tidak salah dengar,
Ustad Akbar memanggil Umma dengan sebutan Umma. Maksudku, ini tidak biasanya,
tidak biasanya beliau memanggil ibu dari seorang santrinya dengan sebutan itu,
meskipun Aku tau bahwa Mas Ilham adalah teman karib Ustad Akbar. Aku coba
mencerna, tapi Aku tidak focus, ku ikuti saran ustad Akbar untuk segera
mengambil wudhu’ dan sholat .
Maos jugan
- Parebasan Madura, Sanja' Kona
- Disa Bakal Ngaredhap Kadiya Bintang
- Bulan Gerring Pesse Panas
- Powan ban Jangka'
- Sobung Kritikus Sastra
# # #
Malam ini malam 17 Ramadhan, Aku masih dengan
kekalutan pikiranku, berdiri di depan ustad Akbar.
“Ustad, saya tidak pantas”
“Kamu pantas Indah, hanya saja saya faham, bahwa
hatimu masih milik Ilham, tapi izinkan saya mencintaimu dengan cara saya, atau
setidaknya izinkan saya membalas jasa Ilham kepada saya, tolong Indah..”
“Ustad, saya mohon jangan memohon kepada saya, saya
semakin merasa hina, maafkan saya ustad, tapi jika ustad memang merasa saya
pantas, maka saya yang mohon ajari saya menjadi seorang istri yang pantas untuk
seorang putra kiyai”
“Indah, tanpa kamu minta itu adalah tugas seorang
suami membimbing istrinya menuju syurga-Nya dengan selalu berada di jalan-Nya.
Terima Kasih sudah memberikan saya kesempatan, saya berjanji tidak akan
membuatmu bersedih”
“ Saya tidak pantas ustad…”
“ Hehe, sampai jumpa kembali dipertarungan sepertiga
malam Indah, kita lihat do’a kita akan bertarung disana, setelah do’a-do’a yang
telah saya panjatkan, saya tidak akan berhenti berdo’a untuk kita, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuhu”
“ Wa’alaikum salam warahmatullahi wabaraktuhu Ustad”
Aku masih setia dengan posisiku kali ini, berdiri,
entah mengapa Aku tidak merasa lelah,
kubaca ulang surat dari Mas Ilham.
Untukmu calon bidadari syurgaku, Indah
Rahmatillah………….
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuhu, Apa
kabar hari ini? Sudah berapa buku yang sudah selesai dikhatamkan? Hafalannya
juga sudah sampai mana, Mas sangat begitu kamu memutuskan untuk ikut program
hafidzah. Mas yakin kamu bisa.
Kamu perempuan sholehah yang luar biasa Indah, jadi
Mas rasa, Mas harus mengimbangi hal itu, sehingga akhirnya Mas pamit pada umma
untuk melanjutkan study Mas, maaf Mas belum bisa pamit langsung, tapi itu tidak
mengurangi cinta Mas sama kamu. Jangan sering nangis lagi ya…………harus kuat. I
know you can.
pesawatnya 5 menit lagi berangkat………….kamu semangat
yaaaa…………selama kamu di pesantren Mas sudah titipkan kamu sama ustad Akbar, dia
bukan hanya sahabat tapi dia saudara kandung Mas, maaf Mas baru bilang, tapi
dia sangat sholeh, jadi tidak heran jika dia diangkat menjadi anak Pak Yai dan
Ibu Nyai. Hehe, beda sama Mas kamu ini, tapi Mas akan berusaha untuk selalu
menyeimbangi bidadari Mas ini kok. Sampai jumpa kembali, Indah Rahmatillah,
Bidadari syurgaku, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuhu.
11 Ramdhan 1445 H.
Muhammad
Ilham Ali
Bulir air mataku kembali jatuh, Mas Ilham begitu
dalam menitipkanku pada Ustad Akbar, Aku tau
cinta Allah SWT lebih dariku dan Aku yakin takdir Allah SWT itu yang
terbaik, Terima Kasih Mas, wish you all the best.
Maos jugan
Nama lengkap Siti Rukaiyah, tapi di dunia literasi lebih akrab disapa Siti Dzuhur, Dzuhur ya bukan ashar atau magrib apalagi subuh biar ndak ngantuk baca tulisanku.Hehe. Mahasiswa semester akhir di Universitas Annuqayah yang hinggap di prodi matematika hanya karena suka angka, karena kalo suka BTS nama Army. Kegiatan sekarang, Aktif di PAC IPPNU Dasuk dan PMII Komisariat Guluk-Guluk. Bisa dihubungi lewat jalur e-mail:sitirukaiyah555@gmail.com & ig:ryuka_sr , tapi kalo mau masuk syurga bisa lewat jalu ibaah yaa guys.Hehe. Salam Literasi.