Lalampan.com. 1445. Hingga detik pada dasarnya saya
tidak tahu apa itu kurikulum, apalagi yang ada merdekanya, apakah benar kita
sedang menerapkan kurikulum Merdeka, di tengah bangsa sendiri yang
kemerdekaannya saja masih semu. Okey. Kita lupakan saja tentang kemerdekaan
semu itu, toh kita sudah enak-enak, tidak perlu berperang, kita tidak perlu
melawan penjajahan, kita tidak perlu angkat senjata, mengusir penjajah dan lain
sebagainya, soal kita hanya merasa hidup semakin berat, ya itu adalah
penafsiran dari sing-masing orang. Persoalan banyak sekali investor di nyaris
semua sektor, ya bersabar, mau gimana lagi. Sumber daya alam kita yang
melimpah, namun kita sendiri tak berdaya untuk sekedar mengelola.
Kita pernah punya professor yang diakui dunia, seperti
BJ Habibi misalnya yang dikontrak German, mampu bikin pesawat. Kita juga mampu
bikin pesawat sendiri, namun sayang ada intervensi dan lain sebagainya yang
menyebabkan karya anak bangsa tak kunjung bisa terbang, seperti halnya juga
mobil Es Em Ka yang hingga detik tak kunjung beredar di pasaran (bebas)
Indonesia, justru mobil-mobil luar terus membanjiri jalanan kita. Itu kah
kemerdekaan kita?
Maos jugan
- Bangsa Yang Tak Kekurangan Generasi
- Nyamana Budhu’na Keban
- Karnaval Never Ending Soud System
- Pangsa Pasar Paling Menggiurkan
Baiklah, kita lanjut saja persoalan kurikulum, secara
sederhana anda harus tahu bahwa kurikulum adalah sistem pola pembelajaran, ini
kata siapa, ya kata saya lah. Kalua tidak terima ya nulis sendiri. Jadi seperti
apakah pola pembelajaran yang diinginkan, tentu saja di dalamnya ada mata
pelajaran yang diinginkan, mulai dari Bahasa (Bahasa Indonesia, Inggris, Arab,
Bahasa Lokal Bahasa daerah), ya tentu saja ada ilmu tata bahasanya, juga ada
Ilmu Pengetahuan Alam, juga Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sebagai yang pernah belajar, sepertinya saya menikmati
kurikulum KBK yaitu kurikulum berbasis Kompetensi, yaitu pada tahun 2004, saya
sekolah sejak 1998, tapi ya tentu tidak tahu sejak itu menggunakan kurikulum
apa. Ternyata sejak 2006 sudah menggunakan KTSP, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Kalua di KBK adalah perpaduan ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai
serta sikap yang ditunjukan dalam bertindak, sedangkan KTSP tidak jauh berbeda,
namun guru di sekolah dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan bakat, minat,
silabus serta penilaian berdasarkan daerahnya masing-masing. Lanjut pada
Kurikulum 2013 (K-13), juga hampir sama dengan 2004, KBK, namun siswa diajak
untuk lebih membangun nalar pemahaman, untuk mengungkapkan apa yang baru saja
diketahui, baik oleh mendengarkan, ataupun hasil observasi.
Kurikulum Merdeka berfokus pada materi yang esensial
dan pada pengembangan karakter profil pelajar Pancasila. Yang pada intinya
adalah berupaya mengembangkan bakat,
lebih menekankan bagaimana Pendidikan diterapkan sesuai dengan kebutuhan daerah
masing-masing, setiap sekolah bebas melaksanakan kegiatan pembelajaran,
pengajaran, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila. Serta proses penilaian
yang juga dipasrahkan pada setiap guru masing-masing.
Maos jugan
Saya ngajar Bahasa Madura, untuk tingkat Sekolah
Menengah Pertama, saya hanya mau sharing dan berbagi, selama satu tahun ini
masih mengajar dengan ala kadarnya, berpidato, membacakan dan menulis, namun
tentu saja hal itu sangat tidak efektif. Untuk tahun ajaran baru, saya
berencana dengan sistem pembelajaran yang lain. Ya kalau bisa belajar dengan
cara berbasis digital, karena di sekolah sudah chrome book.
Untuk kelas VI, karena masih baru, akan saya ajari
dulu seputar sastra Madura, mulai dari Parebasan, Paparegan, Pantun, Din-andin,
Saloka, Rora Basa, Kerata Basa, Bangsalan, Kakanten, Bak-tebbagan, Gancaran,
Kejung, Tembang, Oca’ Keyasan tor jugan oca’ pangalemma (anggauta) badan. Kalaban
tugas-tugas (PR) sopaja atanya ka oreng seppona ponapaan se badha Masyarakat.
Monggu kellas VII enggi paneka ampon kodu ajar noles sanja’
basa Madura, ngarte’e sanja’, tor kantos mengkritik. Cara-cara menafsirkan sanja’.
Kalaban tugas-tugas agabay sanja’, noles tafsiran sanja’.
Kellas VIII paneka bakal agabay carpan, menganalisis
carpan, dongeng, tor nilai-nilai se terkandung dalam naskah tersebut. Saenggana
akhir tahun, kellas VIII paneka bakal ampon andhi’ buku karangan dibi’.
Itulah hal yang akan saya upayakan terhadap kurikulum Merdeka
di tahun ajaran baru, semoga lancar, siswanya mau berusaha, mau mengerjakan tugas
yang sangat ringan sekali. Kepada teman-teman guru Bahasa Madura, silahkan
memberikan kritik, baik yang membangun atau bersifat menghujat.
Lalu bagaimana dengan pola pembejaran Sosiologi di
Madrasah Aliyah?