MEMASUKI era 5.0, dimana kecanggihan
teknologi semakin berkembang pesat pembahasan perihal pendidikan sudah sepatutnya
untuk didiskusikan. Pendidikan sebagai suatu elemen yang sangat dibutuhkan
dalam rangka mendorong generasi muda untuk mempertajam ilmu pengetahuan dan
terus berinovasi ke depan. Melihat pada banyaknya kesempatan yang telah
diberikan oleh pemerintah Indonesia, seperti halnya beasiswa bagi mereka yang
terhalang kondisi ekonomi adalah sebuah bentuk dukungan yang tidak boleh
disia-siakan. Karena dengan menjadi berpendidikan, maka akan banyak muncul
ide-ide kreatif di berbagai sektor, baik itu di bidang sosial, ekonomi dan
politik, hal tersebut tentu tidak terlepas dari semangat belajar para pelajar
putra dan putri Indonesia yang harus tetap dikobarkan.
Maos jugan
- Oca' se aguna'agi akantha tor parsasat
- Oca’ Pangalemma Anggota Badan
- Arach Djamali: Serrat Dha' Jeng Rama
- Gadis itu Memilih Pergi ke Jakarta
- Lukisan Musim Lalu
Berbicara perihal semangat pelajar,
seringkali saya dengar harapan para perempuan Indonesia untuk menjadi
Independent Woman yang menerapkan 4B, Brain, Beauty , Behavior and Brave dalam
kehidupannya, menjadi perempuan tangguh yang bisa diandalkan dan membawa
kebermanfaatan merupakan harapan mereka yang seringkali saya dengar lewat
tulisan, cerita di warung kopi dan saat mendengarkan cerita mereka sesama
perempuan. Lalu, kemana perginya harapan tersebut? Kenapa hingga hari ini masih
banyak perempuan Indonesia, khususnya di pedesaan tidak melanjutkan pendidikan
yang seharusnya mereka dapatkan?
Hingga akhirnya, menurunnya tingkat
pernikahan di Indonesia tidak dapat dijadikan bentuk kepuasan yang memiliki
nilai timbal balik terhadap meningkatnya pendidikan di Indonesia. Karena pada
kenyataannya, banyak perempuan Indonesia yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan mereka, salah satu problemnya adalah ketika para orang tua masih
dihantui ketakutan untuk mengizinkan anaknya melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi yang disebabkan oleh beberapa factor. Hal tersebut bertambah
parah, ketika kemudian para kartini muda Indonesia kita hari ini menganggap
bahwa pendidikan itu tidak penting, karena yag penting bagi mereka adalah gaya
hidup, mereka hanya butuh uang sehingga berangkat keluar kota dan atau ke negri
orang merupakan pilihan. Pada hakikatnya hal tersebut (Baca; Bekerja) merupakan
hal yang sah dan diperbolehkan namun jika mindset perempuan masih stagnan pada
hal demikian, bagaimana nasib generasi muda ke depan?
Ada sebuah ungkapan seorang pemimpin
dan politikus Amerika yang bernama Brigham Young, dimana dia mengatakan bahwa “
Jika kamu mendidik seorang laki-laki, maka seorang laki-laki tersebut akan
terdidik. Tapi jika kamu mendidik seorang perempuan, maka sebuah generasi akanterdidik” , dari apa yang disampaikan dapat kita pahami bahwa perempuan
berpendidikan bukan hanya diidamkan tapi juga diharapkan. Karena, masa depan generasi
anak bangsa sedang ditipkan terhadap kaum perempuan sebagai madrasatul ula
bagi anak-anaknya. Sehingga berangkat dari hal tersebut sudah sepatutnya
perempuan berangkat menjadi perempuan yang berpendidikan, menjadi perempuan
yang bermanfaat bagi yang berada di sekitarnya, jangan biarkan generasi masa
depan kita menjadi korban turunnya semangat pendidikan perempuan Indonesia.
Siti Rukaiyah merupakan Mahasiswa semester akhir Universitas Annuqayah yang sedang aktif di Komisi III (Controlling) DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa UA), Koordinator Pendidikan KOPRI Rayon Hizbullah Huda Kom. Guluk-Guluk, Ketua PAC IPPNU Dasuk dan anggota GEN Z Cabang Dasuk. Penulis dapat diajak diskusi dan kunjungi melalui akun ig Ryuka_Sr dan atau email sitirukaiyah555@gmail.com. Salam Literasi dan Mari berdiskusi.