UPACARA RITUAL NYADAR

UPACARA RITUAL NYADAR

 

Tadjul Arifien, R - Budayawan Sumenep

 

Pada tahun 1562 Sumenep diperintah oleh Adipati kembar yakni Pangeran Lor & Pangeran Wetan. Di tahun 1565 Pangeran Wetan mengantar Upeti ke Kerajaan Pajang di bawah Raja Jakatingkir Sultan Hadiwijaya. Kala itu datanglah Raja Bali dg para panglimanya (Patih Kebowaju, Gusti Pamecut, Gusti , Gusti Pamadi & Gusti Jumenna). Lalu disambut oleh Pangeran Lor didampingi oleh Patih Wangsadumetra beserta pasukannya. Dan dibantu oleh Raden Ilyas Pangeran Batuputih beserta pasukannya.

Ternyata tentara Sumenep kalah dan Pangeran Lor & Wangsadumetra gugur, sedangkan Pangeran Batuputih juga kalah dan musnah (?). Kemudian datanglah Pangeran Wetan dari Pajang, dg mengajak paman / mertuanya Pangeran Jamburingin  langsung menyerang dan menggempur tentara Bali, hingga hancur semuanya, dan para pembesarnya mati semua mayatnya dibakar (ngaben) dan tempatnya diberi nama Karangpanasan masuk desa Kacongan Sumenep.


Maos jugan


Sedangkan sisa pasukannya lari ke selatan lalu "tapapas" di pinggir sèrèng, maka diberi nama desa Pinggirpapas.

Pada tahun. 1626-1644 Sumenep diperintah oleh Adipati dari Mataram yakni Pangeran Anggadipa (putra Adipati Jepara) dibawah kekuasaan Sultan Agung (R Mas Rangsang Panembahan AGUNG Prabu Pandita Hanyakrakusuma Senopati ing Alaga Khalifatullah, Mataram 1613-1645)

Kala itu masyarakat Bali di Pinggirpapas menghadap Pangeran Anggadipa dipimpin oleh Ki Dukun & Ki Bângsa mohon perlindungan dan minta solusi untuk mencari nafkah. Maka atas ijin Sultan Agung, Pangeran Anggadipa mengajak kerabatnya bernama Anggasuta untuk mengajarkan membuat garam dari air laut. Anggasuta berangkat bersama abdinya bernama Ki Kuwasa. Masyarakat Pinggirpapas dipelajari membuat garam. Dan setelah lama maka membuka desa baru diberi nama Karanganyar. Lalu dilakukan secara turun temurun sampai sekarang.

Untuk mengenang jasa Anggasuta, Ki Kuwasa, Ki Dukun & Ki Bangsa, maka masyarakat Pinggirpapas & Karanganyar mengadakan upacara ritual NYADAR (asal kata Nyadran / sesuai ajaran Hindu Bali). Maka Pasarean 4 tokoh tersebut dikubur di Bujuk Gubâng (asal kata Jurâng).

Pelaksanaan Nyadar dilakukan pada bergesernya matahari dari equator menuju (garis balik utara (23.5" LU) atau posisi Bintang Kartèka dan Nanggâlâ muncul di timur atau pertanda datangnya musim kemarau. Dan dilakukan 2 X setahun.

Pada tahun 1932 Nahdlatul Ulama masuk Sumenep, maka K. Zainal Arifin Tarate menugaskan punaannya K. Abisujak, agar menyempurnakan ajaran Islam di Pinggirpapas, serta merubah mantra-mantra menjadi do'a ala Islami.



 

Referensi :

~ Iskandar Zulkarnain - 2004 - Aneka Ragam Kesenian Sumenep - Disparbud.

~ Zainal Fatah - 1951 -Sedjarah Tjaranya PDd di Kep Madura - Paragon.

~ Werdisastra - 1914 - Babad Songennep -

~ Kartasoedirdja - 1919 - Tjarèta Naghãrã Songenep - Taal Land en Volkonkunde van Java

~ Tadjul Arifien R - 1996 - Biografie & Silsilah KH Zainal Arifien - Ikzar

~ Tadjul Arifien R - 2012 - Sumenep dalam lintasan Sejarah - Disbudpar.

~ Tadjul Arifien R - 2023 - Dinasti Arya Wiraraja, Uniba Madura Perss.

~ dan lain-lain juga termasuk cerita tutur.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak