Rampa' Naong Baringen Korong

Rampa' Naong Baringen Korong, Tadjul Arifien R - Budayawan Sumenep, beringin, persatuan, keraton, kerajaan, madura, islam dan toleransi




RAMPA' NAONG BARINGEN KORONG

(Tadjul Arifien R - Budayawan Sumenep)


Kalau bicara pohon simbolis di :

~ agama Islam mengenal tentang pohon Tin dan Zaitun,

~  agama Nasrani mengenal pohon Natal/cemara,

~ agama Buddha mengenal pohon Bodhi

~ agama Hindu mengenal pohon Beringin .... dan lain sebagainya.

(Catatan: pohon Tin dan Zaitun di Islam bukan untuk disembah, hanya sebatas simbol pohon yang bermanfaat bagi manusia)

Setiap Keraton di pulau Jawa Madura pasti ada pohon beringin. Pohon beringin dikenal oleh manusia sejak tahun 326 sebelum Masehi di wilayah Arizona Amerika dan India barat. Dalam ajaran Hindu, pohon beringin dikenal sebagai bersemayamnya para Dewa dan arwah leluhur. Makanya di India, Bali dan lain-lain pohon beringin diberi sarung dan sesajian setiap waktu tertentu.


Maos jugan


Sesajian atau sesajen asal kata sastra jendra yakni ajaran kepercayaan (agama) Jawa kuno, Sastra Jendra Hayuningrat Pangruating Diyu, yang merupakan ajaran tertinggi bagi ajaran agama tersebut atau seperti ilmu Ma'rifat kalau di Islam. (baca di literasi Sastra Jendra Hayuningrat; 2009 - DP Putri Kusuma). Dan sesajian atau sesajen dalam Islam hukumnya syirik, dan haram dimakan (lihat di surah Al Baqarah dan lain-lain dan pada prinsip  Saad adz-Dzari'ah).

Simbol pohon Beringin oleh Sultan Agung, di-Islamisasi menjadi asal kata Waro'in atau Waro', yakni hati-hati atau menjauhkan diri dari dosa.

Dan oleh penguasa Sumenep (jamanna Rato) dijadikan ger-oger yakni Rampa' naong baringen korong  --- atong rokon sana' baraja maksudnya guyub atau kompak dalam kekerabatan dibawah naungan andhap asor  dalam lingkup adat pratengka se kappra .......

Begitulah ajaran Islam yang dibawa oleh para Walisongo yang penuh dengan toleransi .....

SAPORANA .....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak