Puisi Meja, Mangga dan Bakso

Puisi Meja, Mangga dan Bakso bahasa dan Sastra Madura. cerita pendek madura, puisi madura, sastrawan madura, Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan



Puisi Cinta Pada Buku

 

Bibirmu, adalah Rahim kata-kata yang tak hentinya melahirkan rima pada aksara

matamu, adalah cuaca yang terkadang menandakan bahagia tetapi lebih banyak luka.

pipimu, adalah bentangan senja yang indah selepas hujan air mata

hatimu, adalah tumpukan buku yang tak pernah selesai aku baca

karena seluruhmu, adalah apa yang di jelaskan pena pada buku

senyap, dan hanya pencipta yang tahu

 

Puisi Meja

 

Tubuhmu bagaikan meja makan yang telentang,  membuat napsu ingin melahap apa saja yang tersaji sampai kekenyangan.

yang di mana-mana terdapat hidangan cinta, canda, candu dan kuakhiri dengan cumbu aku ingin melahap sekujur tubuhmu dengan sigap,  sampai segala hasrat berakhir sampai terlelap.

 

Puisi Mangga

pada coklat muda daun mangga aku titipkan mekar kembang setandan kupu-kupu kecil terbang mandi matahari pagi pun menguap. suara handtractor  membalik lelumpur wangi kembang jantan mengawinkan putik kembang

bakal-bakal bergeletar di tangkai hijau menyusu hujan dan awan bakal yang siap melunasi keinginan, sejukkan kerongkongan namun, kalau pun gagal jadi buah kita bertemu di pasar sambil menimbang dan tawar-menawar

Puisi Kecelakaan Tunggal

 

kecelakaan tunggal telah terjadi korban jiwa tengah luka-luka denyut nadinya telah berhenti berlumuran lara bahkan rasa

sebenarnya atma tidak apa-apa luka yang tercipta didalam tubuhnya berakhir lumpuh dan hilang arah bersama langkah yang telah pasrah dan berserah

 

Puisi Penjual Bakso

 

siang malam penjual bakso itu berdagang menyediakan banyak menu yang bervarian Ada rindu, kasih sayang, cinta dan perhatian yang tersaji dietalase kecil meja dengan

penyair itu memesan satu porsi menyantapnya sampai perut terisi tetapi dia lupa memberi makan fikiran dan

hati yang tengah meronta memikirkan kekasih

penyair itu memesan rindu tanpa lontong katanya ingin membawanya pulang untuk memberi makan fikirannya yang tengah kelaparan bahkan hatinya yang hampir mati karena lamanya pertemuan

 

Puisi Sari Jambu Batu

 

Semerah darah tubuhmu luluh dalam gelas penggiling lelehan selalu meneteskan pedih buat kekasih

daging yang lepuh melakukan segala keluh yang tercekat di kerongkongan. 

segelas kasih disediakan ibu saat adik terbujur gering di pembaringan

merah hati. warna senyum ibu di ruang tamu menyambut sanak keluarga yang tiba dari luar kota

tubuhmu basahi siang yang gerah dan mengusap haus kerongkongan sepanjang perjalanan

kebun-kebun di pedalaman kehilangan peristirahatan bertumbuhan di antara belukar merah.

sungai dan danau buatan mengepung segala pandangan ingatan tentang ibu yang tak sempat aku balas Budi.

di merah tubuhmu, senantiasa mengingatkan senyum ibu yang tak pernah menipu

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak