Dinamika Persoalan Sampah

Sampah di Madura, sampah di empat kabupaten di madura, jawa timur,


*Lalampan.com* - Hingga Desember 2024, Indonesia masih menjadi negara penghasil sampah terbesar di ASEAN, baik dalam kategori sampah makanan maupun plastik. Dengan populasi terbesar di kawasan ini, tingkat konsumsi Indonesia juga menjadi yang paling tinggi, sehingga tidak heran jika masalah sampah menjadi tantangan besar. Tidak hanya itu, Indonesia juga menduduki peringkat kedua sebagai penghasil sampah terbesar di dunia. Ini menandakan bahwa langkah-langkah pengelolaan sampah perlu ditingkatkan secara signifikan, baik oleh pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten agar lebih terstruktur, sistemik, dan masif.

Data menunjukkan bahwa lebih dari 14 juta ton sampah dihasilkan di Indonesia setiap tahunnya. Sampah-sampah ini tidak hanya terpusat di kota-kota besar, tetapi juga telah menyebar hingga ke desa-desa. Perubahan gaya hidup, pola konsumsi, dan material yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari menjadi penyebab utama. Menurut pengamatan kami, masyarakat di pedesaan cenderung "syok" atau "kagok" dalam menghadapi keberadaan sampah modern seperti plastik, kertas, kaca, atau besi, yang sulit terurai. Sebelumnya, mereka hanya mengenal sampah organik yang mudah terurai seperti dedaunan.

Maos jugan

Perubahan Sosial dan Kebiasaan Lama

Dahulu, masyarakat desa menggunakan bahan-bahan alami untuk berbagai keperluan, seperti daun jati atau daun pisang sebagai pembungkus makanan. Namun, dengan masuknya plastik sekali pakai seperti kantong kresek, botol plastik, dan sedotan, kebiasaan ini mulai tergantikan. Perubahan ini tidak disertai dengan pengetahuan atau infrastruktur yang memadai untuk mengelola sampah plastik. Akibatnya, sampah sering kali dibuang sembarangan ke sungai, laut, atau lahan kosong seperti tegalan dan sawah, yang pada gilirannya mencemari lingkungan.

Kurangnya Sosialisasi Pengelolaan Sampah

Ketidakpahaman masyarakat diperparah oleh minimnya sosialisasi dari pemerintah terkait pengelolaan sampah. Tidak ada edukasi yang menjelaskan bagaimana sampah plastik dapat diproses, dikumpulkan, atau didaur ulang. Di tingkat desa, kebijakan terkait kebersihan lingkungan sering kali tidak menjadi prioritas, meskipun dana desa sebenarnya bisa digunakan untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih baik.

Contoh Pribadi dan Gagasan Solusi

Sebagai keluarga kecil, kami mencoba melakukan pengelolaan sampah sederhana. Dengan lima hingga tujuh tempat sampah untuk enam orang di tiga rumah, kami hanya menghasilkan sedikit sampah yang kemudian kami bakar ketika tempat sampah penuh. Namun, cara ini tentu tidak ideal jika diterapkan secara luas, karena pembakaran sampah plastik dapat menghasilkan polusi udara berbahaya. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang lebih terorganisir.

Salah satu ide yang dapat diimplementasikan adalah dengan mengalokasikan sebagian dana desa untuk menggaji petugas kebersihan yang bertugas mengelola sampah desa, terutama sampah plastik. Jika itu dianggap terlalu mahal, kepala desa atau kepala dusun bisa menggalang kegiatan gotong royong rutin, misalnya sebulan sekali, untuk membersihkan lingkungan. Langkah sederhana seperti ini dapat membantu menciptakan desa yang lebih bersih dan bebas dari sampah.

Maos jugan

Kebersihan Adalah Bagian dari Iman

Sebagai masyarakat yang memahami pentingnya kebersihan, kita seharusnya malu jika lingkungan sekitar kita dipenuhi sampah. Kebersihan bukan hanya masalah estetika, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai iman dan tanggung jawab kita terhadap bumi. Dengan sedikit usaha dan kerja sama, kita bisa menciptakan perubahan besar, mulai dari hal kecil di desa-desa kita. Mari mulai bergerak hari ini, karena jika bukan sekarang, kapan lagi?

 

*Mat Toyu* Pengamat Sampah (mon nengngale sampah gun eyabas).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak