Yang terhormat Bapak Kepala Dinas Kebudayaan,
Kepemudaan, Olahraga dan Pariwista Kabupaten Sumenep. ……….
Assalamu’alaikum Wr Wb.
PELURUSAN HARI JADI
Sekedar koreksi (bukan kritik) tentang penetapan Arya
Wiraraja selaku kepala pemerintahan pertama di Sumenep, termasuk Jadi Sumenep dengan
berdasarkan tarikh 1191 S / 1269 M, itu sangat lemah, karena:
~ Kakawin Nagara Krtagama, yang berangka tahun 1277 Saka
/ 1355 Masehi jaman jayanya Majapahit, hanya menulis tentang perjalanan Prabu Hayamwuruk,
tidak tercantum nama Arya Wiraraja.
Hanya pada pupuh 28 Wirama 28 Citralaya 13, menyebut Madura (bukan Sumenep)
waktu jamannya Pangeran Notoningrat atau Pangeran Baragung.
~ Prasasti Sarwwadharma yang dibuat pada tahun 1191 Saka
/ 1269 Masehi, berisi tentang Sarwwadharma yang menghadap Prabu Kertanegara, memohon agar wilayah Tharibala
dilepaskan dari wilayah asal Singosari dan menjadi daerah Sima (swatantra).
Dan tidak mengupas tentang keberadaan Arya Wiraraja, yang hanya bersamaan masa dengan
Arya Banyak Wedi/Arya Wiraraja yang dinohaken ke Songennep.
~ Prasasti Kudadu mengisahkan tentang pemberian tanah
perdikan kepada Lurah Kudadu yang telah
membantu Dyah Wijaya waktu dikejar oleh pasukan Jayakatwang. Yang melariakn
diri ke Songennep, bukan tentang pengangkatan Arya Wiraraja.
~ Kidung Wijayakrama & Harsawijaya tidak ada bahasan khusus tentang Arya Banyak Wide
/ Arya Wiraraja yang disingkirkan ke Sumenep. Hanya mengisahkan tentang perkawinan
Dyah Wijaya dengan keempat putri Prabu Kertanegara,
~ Kidung Ranggalawe (Kidung 1 Durma) yang berbunyi:
14. Wonten Wongira binatang buyut Nangka, Banak Wide anami, sinung abhiseka, Aryya Wiraraja
sira, arupa sinangsayeni, dinohaken prenah, kinon angadhipati
15. Munggw
ing Songennep parnah Madura Wetan, lawassipun anganti, patang puluh
tiga, duk andon
balanabrang, sira Wiraraja dadi arasa-rasa, dene dinohaken apti ………..
Artinya:
14. Ada orang beliau, yaitu tukang ramal buyut di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi penobatan, menjadi Arya Wiraraja, tetapi rupanya disangsikan, dijauhkan tempatnya, yang…
15. Bertempat di Sumenep di Madura Timur, lamanya
sampai (usianya), empat puluh tiga, sewaktu berangkat menyebrang, beliau
Wiraraja berpikir,
mengapa dijauhkan kehendaknya.
~ Pada Serat Pararaton, yang ditulis tahun 1535 Saka /
1613 Masehi naskah Gelgel, dan tahun 1560
Saka / 1638 Masehi naskah Tabanan, kemudian digubah oleh sejarawan Belanda
yakni: R. Friedrich (1849 M) lalu dilanjutkan oleh JLA Brandes (1896 M). Sudah
terkontaminasi rekayasa politik Belanda.
Dalam kitab Pararaton tersebut
diceriterakan
yang
bunyinya antara lain:
Shri Ranggawuni atinggal putra lanang, aran Shri
Kertanegara;
sira
Mahisacampaka
atinggal
putra lanang, aran radèn Wijaya. Siraji Kertanegara sira
ajenneng prabu, abhisèka Siwabudha.
Hana
ta wongira, babatangira buyuting Nangka, aran
Banyak Widè, sinungun
pasenggahan Arya
Wiraraja, arupa tan kandel dènira, dinohaken, kinon adhipati ring Sungenneb, anger ing Madura wètan.
(bahasa
Jawa baru)
Arinya:
Sri
Ranggawuni meninggalkan seorang putra laki-
laki
bernama Sri Kertanagara;
dan
Mahisa Campaka meninggalkan seorang putra
laki-laki
bernama Raden Wijaya. Sang Aji Kertanagara
menjadi Raja Agung bergelar Betara
Siwabudha. Ada salah seorang bawahannya yang menjadi
penasehat dari
Dusun
Nangka diberi nama Arya
Wiraraja, yang dipercaya, kemudian
disingkirkan dan
dijadikan adipati Sumenep
di Madura timur
~ Pada Prasasti Mula Malurung sisa yang dua lempeng
(VI & VII) yang baru ditemukan tahun
2001 di Kediri oleh para arkeolog dan sekarang ada di museum pusat Jakarta,
tertulis bahwa awal pemerintahan nagari Songennep adalah th 1177 S / 1255 M
berdasarkan Prasasti Mula Malurung sebagai berikut :
(6) srī harsawijaya.
parnnah pahulunan dai nira narâryya smi nin rât. i nandèlFakèn nungwen
ratna kanaka sinha
(7) sana. nkanen bhumi jangala. putra nira san=apanji
dimurti. rakryan kulupkuda. ipe de nira narâryya smi nin
(VII. a. 1) rât. inadgakèn prahajyan nkanen nagara
madhura. ri kala san=apanjyadimurti mare tumapel. sira narâ
(2) ryya kirana. saksat atmaja nira narâryya smi nin
rât. pinratista juru lamajan. pinasanaken jagat pâlaka. nka
_(3) nen nagara lamajan.
(Bahasa Jawi kuno,)
Terjemah:
Sri Harsawijaya keponakan dari Nararyya Semininingrat.
(orang yang) Dikukuhkan keberadaannya di singgasana emas di kerajaan Jenggala
(adalah) putranya, Sang Apanji Dimurti. Rakyan Kulupkuda iparnya Nararya
Seminingrat
(VII.a.)
dinobatkan di kerajaan Madura, pada waktu Sang Apanji Adimurti berkuasa di
Tumapel. Nararya Kirana (yang) bagaikan anak bagi Nararya Seminingrat di
tempatkan di Juru Lamajang, dinobatkan (sebagai) pelindung dunia di kerajaan
Lumajang.
Dalam ilmu sejarah, interpretasi tidak berlaku
bilamana data sudah valid yang sudah tertulis dalam Prasasti.
Mohon ma’af …..
Saya bukan mengkritik tapi hanya meluruskan (bila
bapak Kadis Budporapar berkenan) bahwa hari jadi nagara Songennep adalah bukan
tahun 1269 masehi tapi tahun 1255 masehi.
Semuanya silahkan berjalan sebagaimana biasa sesuai tradisi
masa lalu dengan kreatifitas para seniman yang ditunjuk oleh Kadisbudporapar,
hanya narasinya disesuaikan dengan realitas yakni:
~ Pengangkatan Arya Wiraraja berdasarkan :
1. Serat
Pararaton
2. Kidung
Ranggalawe
3. Keputusan
Bupati Sumenep No.: 588, tahun 1989
(dengan tidak menyebut
yang lainnya)
Karena gaungnya Sumenep sudah me-Nusantara, banyak
para pakar dan Sejarah yang mendengarkan, sehingga mereka mengira bahwa Pemerintah
Kabupaten Sumenep tidak mengerti tentang ilmu sejarah. Kata Dr Aminuddin Kasdi
(pakar Sejarah Jawa Timur: Sumenep tidak punya sejarah, yang ada hanya cerita
mitos)
(Bahasa itu yang sering saya saya terima dari mereka).
Dan Arya Wiraraja tidak pernah ada tulisan diangkat
tapi diturunkan dari jabatan Deming Nayapati menjadi Adipati, dan tidak ada
kalimat dilantik.
Kalau tentang tanggal dan tahun, silahkan dan tidak masalah karena itu hasil karya
halusinasi para ahli sejarah waktu Seminar tanggal 10 Maret 1989 di pendopo
Agung Keraton Sumenep.
Dan kalau perlu
diluruskan silahkan … diadakan seminar ulang agar lebih realitas. Dan pada akhirnya saya mohon ma’af, dan saya
bukan mengkritik tapi hanya meluruskan sejarah. Karena belakangan ini para
Pakar Sejarah Nasional dan Internasional memasang mata dan telinga dengan adanya
problem distorsi sejarah kemerdekaan dan tentang nasab.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Tadjul Arifien R (Budayawan Sumenep)