lalampan.com. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) selalu menjadi momen penting dalam kehidupan politik di Indonesia, termasuk di Sumenep. Dalam Pilkada Sumenep 2024, slogan "Mele Banne Polana Pesse" menjadi salah satu simbol yang menarik perhatian publik. Frasa ini, yang dalam bahasa Madura berarti "Memilih bukan karena uang," bukan hanya sekadar ungkapan. Ia mengandung makna semiotika yang mencerminkan nilai-nilai budaya, moral, dan harapan masyarakat terhadap politik yang bersih dan berintegritas.
Konteks Budaya dan Politik
Dalam konteks budaya Madura, "pesse" atau
uang sering kali menjadi elemen yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan,
termasuk dalam dunia politik. Di masa lalu, praktik politik uang telah menjadi
tantangan besar dalam mewujudkan demokrasi yang sehat di berbagai daerah.
Sumenep, sebagai salah satu kabupaten di Madura, tidak terlepas dari fenomena
ini. Namun, munculnya slogan "Mele Banne Polana Pesse" mencerminkan
adanya kesadaran baru di kalangan masyarakat untuk menolak politik uang dan
memilih berdasarkan hati nurani.
Slogan ini juga mencerminkan nilai-nilai luhur
masyarakat Madura, seperti kejujuran, keberanian, dan tanggung jawab (kewajiban
sosial). Dengan menolak politik uang, masyarakat berusaha menunjukkan bahwa
mereka bukanlah pihak yang mudah dimanipulasi, melainkan pemilih yang memiliki
prinsip dan kesadaran politik.
Maos jugan
- Ejaan Dalam Bahasa Madura
- Etika Politik Kaum Santri
- Puisi Madura: Nyapa Oreng Aroko'
- Obur Pornama Kaaddhangan Ondhem
- Dampak dan Proses Pencegahan Politik Agraria
Makna Semiotika "Mele Banne Polana Pesse"
Dalam analisis semiotika, makna sebuah ungkapan dapat
dibagi menjadi dua: denotasi dan konotasi. Secara denotatif, "Mele Banne
Polana Pesse" berarti memilih calon pemimpin tanpa dipengaruhi oleh
iming-iming uang. Namun, secara konotatif, slogan ini memiliki lapisan makna
yang lebih dalam.
1. Penolakan terhadap Oligarki
Makna konotatif pertama adalah penolakan terhadap
oligarki yang sering kali menggunakan kekayaan untuk membeli suara rakyat.
Dalam Pilkada Sumenep 2024, isu politik uang menjadi sorotan, terutama dengan
adanya tudingan bahwa salah satu kubu lawan mengandalkan uang untuk memenangkan
hati pemilih. Dengan slogan ini, masyarakat pendukung pasangan
"Final" menunjukkan sikap perlawanan terhadap dominasi kekuatan uang
dalam politik lokal.
2. Simbol Moral dan Etika
"Mele Banne Polana Pesse" juga menjadi
simbol moral dan etika dalam berpolitik. Ia mengajarkan bahwa keputusan politik
harus didasarkan pada evaluasi terhadap kualitas calon pemimpin, bukan sekadar
keuntungan materi. Hal ini selaras dengan ajaran agama dan nilai budaya lokal
yang mengutamakan kejujuran dan keberanian untuk menegakkan kebenaran.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Slogan ini mencerminkan pemberdayaan masyarakat dalam
menentukan nasib mereka sendiri. Dengan menolak politik uang, masyarakat
menunjukkan bahwa mereka memiliki kesadaran politik yang tinggi dan mampu
berperan aktif dalam menentukan arah pembangunan daerah mereka tanpa intervensi
pihak-pihak yang memiliki kepentingan ekonomi semata.
Peran Musik dalam Kampanye
Salah satu hal menarik dalam Pilkada Sumenep 2024
adalah penggunaan musik sebagai media kampanye pasangan "Final." Lagu
"The Final Countdown," yang dibawakan oleh musisi lokal termasuk
calon bupati sebagai drummer, menjadi sarana untuk menyampaikan pesan moral
dari slogan ini. Musik memiliki daya tarik emosional yang kuat, dan melalui
lagu tersebut, pesan "Mele Banne Polana Pesse" dapat menyentuh hati
masyarakat dengan cara yang lebih universal.
Kreativitas dalam menggunakan musik juga mencerminkan
upaya pasangan "Final" untuk memobilisasi dukungan tanpa harus
bergantung pada politik uang. Ini menjadi bukti bahwa kampanye dapat dilakukan
secara bersih dan tetap efektif dengan mengandalkan daya tarik seni dan budaya.
Maos jugan
- Puisi Madura: Dudul
- Sobung Kritikus Sastra e Madura
- Carpan: Ngare' Padhi
- Oca’ Bakal dhalem Basa Madura
- Sobung Kritikus Sastra e Madura
Tantangan dan Harapan
Meski slogan "Mele Banne Polana Pesse"
mendapat respons positif dari banyak pihak, tantangan untuk mewujudkan politik
bersih di Sumenep tetap besar. Praktik politik uang telah mengakar dalam budaya
politik lokal, dan butuh waktu serta komitmen untuk benar-benar
menghilangkannya. Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan pendidikan
politik yang lebih baik agar mereka memahami pentingnya memilih pemimpin
berdasarkan kapasitas dan integritas.
Namun, slogan ini memberikan harapan baru bagi
demokrasi di Sumenep. Jika masyarakat benar-benar mampu menghidupi nilai-nilai
yang terkandung dalam "Mele Banne Polana Pesse," maka Pilkada Sumenep
2024 dapat menjadi tonggak sejarah dalam menciptakan politik yang lebih bersih
dan bermartabat di Madura.
Penutup
"Mele Banne Polana Pesse" adalah lebih dari sekadar slogan. Ia adalah simbol perlawanan terhadap politik uang, representasi nilai-nilai moral masyarakat Madura, dan harapan untuk masa depan politik yang lebih baik. Dengan memahami makna semiotika dari slogan ini, kita dapat melihat bagaimana bahasa, budaya, dan politik saling berinteraksi dalam membentuk kesadaran kolektif masyarakat. Pilkada Sumenep 2024 bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang memilih arah masa depan yang ingin dicapai oleh masyarakat Sumenep. Melalui slogan ini, mereka menunjukkan bahwa integritas dan kejujuran adalah prioritas utama dalam memilih pemimpin.