Puisi: Marker Zona Aman

Puisi: Marker Zona Aman, nu, aswaja, madura, MWCNU, PCNU, PWNU, PBNU Indonesia




NU: Cahaya yang Tak Pernah Padam

 

Saat malam sejarah begitu pekat, 

Dan arah umat terombang di lautan gelap, 

Engkau hadir, laksana fajar pertama, 

Membawa harapan dari ufuk ilmu dan hikmah. 

 

Di tapak sujud yang khusyuk dan tenang, 

Doa-doamu menembus langit yang sunyi, 

Memanggil berkah dari singgasana-Nya, 

Menghimpun umat dalam pelukan kasih Ilahi

 

Kepada Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, 

Engkau bangun benteng iman dan ilmu, 

Kepada Kiai Abdul Wahab Hasbullah, 

Engkau rajut ukhuwah yang melintasi batas-batas perbedaan. 

 

Wahai para ulama pewaris nabi, 

Doamu mengalirkan ketenangan, 

Hikmahmu menjadi pemandu bagi langkah kami, 

Mengantar kami mengenal makna keikhlasan sejati. 

 

Kini Nahdlatul Ulama terus menjadi penjaga, 

Pilar tradisi yang teguh di tengah badai perubahan, 

Setiap pesantren dan majelis ilmu, 

Menjadi warisanmu yang terus hidup dan bernyawa. 

 

Wahai muassis, pewaris hikmah dan keagungan, 

Namamu terpahat dalam ingatan yang abadi, 

Bukan hanya pada lembaran sejarah manusia, 

Tapi dalam doa-doa yang lirih menuju Arasy-Nya. 

 

Semoga jejak langkahmu membawa syafaat, 

Semoga perjuanganmu menjadi pelita sepanjang masa, 

Dan semoga kami mampu menjaga titipan ini, 

Hingga akhir zaman menyatukan kita di keabadian. 

 

 

Rajab, 1446.

 

NU: Penunjuk Arah yang Abadi

 

Di tengah labirin dunia yang penuh persimpangan,

Engkau hadir, laksana titik koordinat pertama,

Menghamparkan peta jalan menuju kebenaran,

Membimbing umat pada destinasi yang hakiki.

 

Engkaulah penanda di peta peradaban,

Memetakan jalan sunni dalam naungan rahmat,

Setiap fatwa adalah penunjuk arah,

Menghindarkan kami dari jalan buntu kesesatan.

 

Ketika kompas iman kami hampir tak bernyawa,

Engkau tunjukkan arah sejati dengan hikmah,

Rute tradisi, fiqh, dan tasawuf yang abadi,

Menyatukan arah dalam nafas Islam Nusantara.

 

Pesantren adalah simpul jalan utama,

Madrasah adalah jalur bebas hambatan menuju ilmu,

Langgar kecil di pelosok adalah rest area,

Tempat jiwa singgah mengisi bahan bakar keimanan.

 

Setiap fatwa adalah marker yang kau pasang,

Menandai zona aman dari arus zaman,

Setiap langkahmu, wahai Nahdlatul Ulama,

Adalah jalan pintas menuju ridha-Nya.

 

Engkaulah mode panduan yang tak pernah offline,

Menemani kami meski jaringan dunia meluruh,

Ketika arah kabur oleh debu modernitas,

Kau tegakkan tiang petunjuk dengan istiqamah.

 

Kini, di persimpangan abad yang baru,

Kami berjalan dalam bayangan namamu,

Dengan peta warisan yang kau bentangkan,

Menuju surga, destinasi akhir segala perjalanan.

 

 

 

Rajab, 1446

 

 

Harmoni di Tanah Leluhur

 

Di atas tanah yang berdenyut dengan doa, 

Di bawah langit yang membisikkan tasbih, 

Engkau berdiri, wahai penjaga, 

Menjadi naungan bagi warisan yang nyaris pudar. 

 

Angin membawa gema shalawat dari pesisir, 

Menyusuri lembah, sawah, dan gunung, 

Menyatukan suara dari seruling bambu, 

Dengan deru bedug yang menggema di cakrawala. 

 

Engkaulah pondasi yang kokoh di atas taneyan lanjang, 

Tempat tradisi menanamkan akarnya, 

Dari lantunan maulid hingga dzikir manaqib 

Menghidupkan jiwa-jiwa mereka yang terhimpit, sakit 

 

Ketika arus deras modernitas menghempas, 

Engkau bagaikan bendungan tak tergoyahkan, 

Menjaga aliran dari derasnya lupa, 

Agar tak meruntuhkan jembatan leluhur. 

 

Langkahmu adalah sulaman kebijaksanaan, 

Menganyam batas suku, bahasa, dan keyakinan, 

Menjadi pelangi yang tak henti bersinar, 

Di atas ladang persatuan yang kau tanami cinta. 

 

Kini, di usia seratus dua purnama, 

Engkau tetap seperti bintang di malam laut, 

Memandu perahu-perahu kecil kami, 

Menuju dermaga rahmat-Nya. 

 

Semoga setiap jejak yang kau tinggalkan, 

Menjadi jalan bagi generasi mendatang, 

Untuk mengenal cinta dalam tradisi, 

Dan harmoni dalam keberagaman. 

 

 

 

Palalangan, Rajab, 1446

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak