Sepiring Omelet Sepi
di
atas piring porselen putih,
omelet
rebah dalam sunyi,
warna
kuningnya memancar lembut,
seperti
mentari pagi yang tak tergugah angin.
Ia
mengisahkan cerita sederhana,
dari
tangan yang memecahkan telur pertama,
Garam
dan lada menari di atasnya,
diaduk
penuh cinta, digoreng dengan asa,
denting
spatula menggema lembut,
di
antara riuhnya minyak yang mengalun,
setiap
lipatan pada tubuhnya yang matang,
mengandung
rasa rindu pada kenangan,
Apakah
ia tahu
Bahwa
setiap gigitannya membawa bahagia?
atau
mungkin ia hanya diam,
seperti
kita yang sering melupakan asal mula.
omelet
matang, kau sederhana, tapi agung,
di
sela harummu ada cinta yang mengapung,
menemani
pagi yang tak selalu ramah,
kau
adalah senandung kecil yang memenangkan gelisah.
kini
kau tersaji,
hidupmu
singkat, tapi berarti,
dari
dapur hingga meja makan,
kau
mengajarkan arti kehangatan.
(4/01/2025)
Nailus
syururi Batang-Batang laok aktivis pemuda Ansor Batang-Batang laok aktif di
lembaga falakiyah PCNU Sumenep.
Maos jugan
Es
Teh Senja
di
bawah langit senja yang perlahan redup,
segelas
es teh hadir di meja kayu usang.
kristalnya
berkilau memantulkan cahaya lembut,
mengundang
rasa rindu akan waktu yang tenang.
lembaran daun teh yang diracik penuh seni,
disatu
dengan air dingin dan gula yang manis.
segarnya
membelai tenggorokan yang letih dini,
melenyapkan
rasa penat dalam hati yang sinis,
tetesan
embun di dinding gelas kaca.
menari
pelan seiring irama waktu berlalu,
Ah,
es teh sederhana ini jadi pelipur lara, menyatukan kenangan pada sela hiruk
pikuk pilu.
wahai
es teh, segar dan setia memenangkan, kehadiranmu selalu dinanti di kala terik.
dalam
setiap tegukan, hadirmu menyegarkan,
mengisi kekosongan dengan damai yang apik
2025
Neraka
Merpati Liar
wahai
riuh ricuh orang di pasar
Bisakah
kau dengar kicauan gusar
pada
raga yang menantang barbar
di
dalam sangkar tersulut kobar
menanti
bebas bersama kibar
wahai tuan pedagang
kekar
aku ini sosok putih
begitu liar
mengepak sayap
tanpa gentar
mencapai angkasa p
penuh debar
memandang ufuk
nan indah berjajar
wahai
sang pencipta tegar
lepaskan
aku dari neraka sangkar
yang
mengikat bagai tahanan bandar
melarang
keras 'tuk ria berkoar
terkurung
sepi di tengah hambar
wahai
sang pemberi pijar
di
manakah kebebasan itu menyamar
yang
kucari pada hati penuh memar
pada
sayatan luka jauh melayar
dan
sisa tenaga melawan kapar
ketahuilah,
aku ini merpati liar
yang
kehilangan kepak nan lebar
menuntut
lepas dari sangkar
pada
segala dusta kian samar
menyulut
raga amat gemetar
*Nailus
syururi aktif di kalangan pemuda Ansor Batang-Batang laok dan aktif di lembaga
falakiyah PCNU Sumenep.
Maos jugan
- Satu Abad NU dan Haul Gus Dur
- Ejaan Dalam Bahasa Madura
- Ke Lawi, Matadha’ Andhu’anna Dara
- Carpan: Edina Akabin
- Carpan: E-WA Pa' Satun