Puisi: Rindu Menyapu Halaman

puisi Siti Khalifatur Rohma, Sasrawan Sumenep Madura



ABADI SEBELUM MENJADI SANTRI

 

Kegelapan menidurkan mataku

Yang abadi di saat Lelah

Melekuk dalam tubuh waktu

 

Kini, kisah malam yang bisu

Angin bergeming pada sebait puisiku

Di tanah itu

Sehingga melewati jalanan yang terjal

Mencari sosok kiai

Dengan sinar wajahnya yang asri

 

Di tempat ini, kutanam doa

Dengan hela napas zaman

Namun, kulupa ketekunan yang tercatat

Di tubuh pagi dan malam

 

Aku seorang santri yang ingin mengabdi

Mencari barokah abadi dalam jati diri

Dan kini, sehingga doaku yang rapuh

Tidak menjadikan tumbang untuk tetap

Meminta kepada yang punya segalanya

 

 

Gapura timur, februari 2025

 

 

RINDU TERMOTIVASI PADA SENYUMMU

 

Tentangmu kubisukan pada mata ibu

Yang setiap malam rinduku

Berakhir Satu

Dengan suaramu kucari dalam

Tidur kupu-kupu

Lalu, kulumpuhkan suara itu

Menjadi puisi bisu

Di Pundak sujud ibu

 

Pada saat itu juga, tubuh bambu

Kehilangan baju di dalam rumah waktu

Begitu pula, senyummu

Termotivasi di bawah hangatnya lampu

_tentang kita kuabadikan dalam doa ibu

 

 

Gapura timur, februari,2025


Maos jugan

 

 

RINDU YANG TERMAKTUB

 

Penaku menyimpan rindu

Ketika tanganku melukis alis

Pada batu biru

Dengan senyummu di kalender baru

Yang tak pernah lepas dari peran rindu

 

Dalam mataku air mata berteduh

Kini, jatuh setelah angin lewat

Menitipkan pesan pada bunga kertas

Dan suara Anggun burung kenari

Bertengger manis melihatmu

Yamg sedang berpura-pura

Tak melihat peran itu

 

_dengan sedikit api menyala membakar

  Lukisan itu menjadi abu yang termaktub

  Dalam garis waktu

 

 

Gapura timur, februari,2025

 

 

 

KATA SETELAH BERPIKIR APA

 

Aku mendengar kata dari kota

Yang kelaparan dalam pertanyaan-pertanyaan dusta

 

Jarum jam terus berputar semakin jauh

Di sini, aku terperangkap hantu rindu

Yang terus terbayang di bawah langit kelabu

 

Jantung waktu juga berdetak dalam diriku

Yang sembari mengepalkan kepala dengan pikiran

Yang tak tuntas memikirkan apa setelah jadi apa

Yang tersisa hanya sia-sia saja

 

 

Gapura timur, februari,2025

 

 

MENYAPU HALAMAN KIAI, MENYAPU HATI SENDIRI

 

Pagi yang benar-benar pagi

Kuracik kopi buat kiai

Sebagai kaca awal puisi

Singgah aroma pahitnya tertimbun

Rindu pada pada rongga langit biru

Singgah burung cicit di Pundak

Daun siwalan sambil berkicau melontarkan

Bahasanya sendiri

Sedangkan angin menghayati mulianya

Embun pagi

 

“ kelak samar-samar doa guru

   Kutanam dalam kalbu”

Janjiku melesap subuh ke dalam tubuh

 

Pagi yang benar-benar pagi

Kami berlayar di ruang abdi

Mencari bibit puisi

Tertulis di tubuh kiai

 

Kami aduk udara pagi dengan nadzaman

Sehinggga sunyi tak lagi berdebat pada

Keramaian siang_malam

Agar jiwa ini tulus menggenggam keabadian tuhan

Sepi berbait dalam puisi

Kusapu halaman hati dengan menyapu halaman kiai

 

 

Gapura timur, februari,2025


Siti Khalifatur Rohma, lahir di sumenep. Saat ini masih duduk di bangku MA Al-Huda dan santri aktif di PP. Miftahul Huda. Gemar menulis sejak duduk di bangku Tsanawiyah. Beberapa prestasinya dimuat di radar madura, Kumpulan puisi santri nasional, juara 3 lomba cipta puisi nasional, menjadi penulis terpilih JSAT 2024 dan beberapa puisinya masuk di media seperti sippublishing, dll.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak