Puisi: Terjebak di Tengah Kata

puisi: Sajdatil Laily



Hanya Tentang Ilmu


Mereka bercengkrama  dengan ilmu

Di petak-petak bumi yang kukira kumuh

 

Berikan aku pengertian tentang ilmu itu

Sebelum waktuku habis

Terkikis tipis sinopsis waktu

 

Petak-petak bumi yang kukira kumuh itu

Justru, tempat indah yang tak pernah jemu

Meramu ilmu

Yang menjadi arah kemana akan menuju

Bersama kilas balik tentang masa semu

 

Kala mengingat perjuangan para santri

Di era penjajahan, aku seolah keji

Karena telah menyia-nyiakan janji

Yang ku usahakan terkabul di masa ini

 

 

Pangabasen, 27 Oktober 2024

 

 

Puisi dan Tangan Pemuda

 

Diksi menyeretku menuju kata

Melalui jembatan rasa

Antara pikiran ragu dan pasti bisa,

Kemarin, aku diam-diam merayu masa

Di persimpangan, kulaunkan bicara

Agar tak terdengar sang penyita atma

Ku katakan pada masa

"Biarkan waktu semakin lama

meski kisahnya tak lagi sama"

 

Waktu terus maju

Begitu pula aku

Seperti susu diam lama jadi keju

Puisi pun tak pernah lusuh

Meski caranya mulai absurd

 

Di tangan-tangan pemuda

Puisi diletakkan di dada

Agar tak berambisi untuk lewat di beranda

Biar tenang menikmati radio memutarkan sabda

 

Pangabasen, 17 November 2024

 

 

Biar Tahu Apa Yang Berubah

 

Siang ini langitku begitu biru

Namun mataku menatapnya sayu,

Di bawah sini kakiku menginjak batu-batu

Bersama peluh yang mengeluh dirinya keruh

 

Fokusku mulai hilang

Bersama pikiran melayang

Yang bercabang

Ke balik kulit kacang

 

Kugenggam pena

Yang sudah berkelana

Di permulaan sengketa

Biar tau apa yang telah berubah

 

Sepertinya semuanya telah berubah

Tetapi tidak dengan watak manusia

Tetap sama, seperti awal mula

 

 

Pangabasen, 17 November 2024

 

***

Maos jugan


 

Puisi Di bawah Batu

 

Ku tulis puisiku

Di bawah batu

Agar angin tak bisa membuatnya menjauh

Menuju kata yang tabu

 

Kuungkap rasa tanpa dusta

Lewat puisi bertema fatamorgana,

Dulu kutahu puisi hanya ilusi

Ternyata, ia adalah ungkapan rasa yang diproduksi

Dari patah hati dan senang hati

 

Jujur, aku tak mampu

Untuk sekedar meramu

Kata, dari dalamnya pesan semu

 

Biar air basahi aku

Dan kakiku menginjak paku

Akan ku genggam masa lalu

 

 

Pangabasen, 17 November 2024

 

 

Aku Terjebak di Tengah Kata yang Kuciptakan

Pagi ini ruang imaji ku begitu sempit

Sesak nafas ditahan arus kehidupan yang pahit

Daun-daun mendesahkan hujan dari langit

Turun seketika, tanpa ungkapan pamit

 

Kupandang pagi Dengan tawa siswa-siswi

Bersama anak kecil berlari-lari

Mengitari lapangan yang tersisih

 

Aku jenuh memandang rumput bisu

Ketika buku jatuh dari tanganku

Mengapa rumput tak memarahiku

Saat aku membuatnya layu

 

Aku mengusung ilmu

Dari perpustakaan yang tak terjamah oleh jemu

Hanya saja hatiku yang bersifat semu

Apalagi jika menyangkut kamu

 

Namun, ini bukan tentang mu, Melainkan aku

Mencari diksi bunga dan sekolah, tapi tak ketemu

Karena otakku sudah penuh

 

Gapura, 13 Januari 2025

*Sajdatil Laily Lahir di Sumenep 21 Juli 2007. Berdomisili di Gapura Tengah. Sekarang masih duduk di bangku Kelas XI MA Al-huda.aktif di literasi 7 kejora dan PK IPPNU Madrasah Aliyah. mulai belajar puisi dari kelas VI MI puisi nya pernah masuk di media media seperti arus pedia, lintas media, aku puisea, majalah Damar korong edisi 1, Dll.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak