Puisi: Topeng Narasi

Puisi: Topeng Narasi



Puisi Rowi El-Hamzi

 

I

Sebagai manusia

Sangatlah manusiawi kiranya apabila diri ini tidak suka ketika menyaksikan seseorang melakukan dosa

Apalagi membangga banggakannya

Menggunakan berbagai cara dalam berkisah, mengekpresikan serta mengeksposnya

 

Namun pada kenyataannya

Jika mau jujur sebagaimana realitanya

Disetiap detak waktu hari bermula

Hingga batas menutup mata

Diri ini tak pernah sepi melakukan berbagai perbuatan dosa

Baik itu disegaja ataupun tanpa disegaja

 

Berdasarkan keselarasan fakta

Lalu dimana korelasi kemanusiawiannya

Sedang yang pantas dibenci pertama kali

Adalah diri sendiri

Dengan berbagai cara menutup dan mengaburkan tindakan yang sangat tidak terpuji

Tetapi selalu orang lain yang kita cela atas perbuatannya

Sebagai tersangka yang paling hina dina

 

Sungguh begitu mengherankan

Standar yang kita bangun berdasar sebuah ketidakjujuran

 

Sungguh begitu mencengangkan

Kebencian yang kita bangun atas dasar katidakadilan

 

Sungguh begitu memuakkan

Kemanusiawian yang kita teriakkan

Tetapi nyatanya hanya sebagai pembenar dalam mengamankan kesucian prilaku diri yang menyimpang

 

 

 

II

Bau busuk

Terus saja berhbus

Dari mulut para pengumpat

 

Caci maki

Sumpah serapah

Disertai ancaman kwalat

Terrangkum bersama kalimat laknat

Deras

Menusuk pendengaran umat

 

Sungguh tontonan yang sangat menjijikkan

Diiperagakan

Oleh mereka yang katanya pemangku moral

Dan pewarta keagamaan

 

Keseharian umat

Hanya direcoki kata kata sampah

Yang telah lama mengendap

Sebagai bukti dari kondisi batin mereka yang sesungguhnya

Kotor

Dan memuakkan

 

***

Maos jugan


 

III

Setiap kita

Akan digiring untuk melalui jalan cerita sendiri sendiri

Melangkah

Menapaki kisah menorehkan sejarah

 

Tilas tapak yang tertinggal

Akan dikenang

Dimana baik buruknya akan bergantung

Dari kacamata mana ia memandang

 

Dan kisahpun akan berbentuk seperti apa yang pewarta gambarkan

 

Adalah suatu kepastian

Tampilan wajah sejarah berdasarkan jejak yang diolah orang kedua maupun ketiga

Versinya

Takkan pernah sama

Dengan versi pelakunya

 

Sebagaimanapun narasi sebuah cerita dibangun

Menggunakan frasa primordial maupun interpolasi

Itu hanyalah penipuan argumentatif untuk merekonstruksi kesadaran seseorang

Demi menjebak nalar menerima sebuah ilustrasi

Yang sejatinya hanya menghanyutkan pembaca tenggelam dalam gelombang sebuah pemahaman

Dan memenjarannya dalam satu titik yang diharapkan sebagai puncak keotentikan

 

Padahal

Kevalidan rahasia sebuah sejarah

Takkan bisa diungkap dengan akurat

Kecuali oleh pelakunya

 

 

 

 

IV

Alasan bisa dibuat

Kata kata bisa dirangkai

Dan narasi bisa diinterpolasi sesuai keinginan

 

Setiap kebohongan

Slalu bertolak belakang dengan kenyataan

 

Bagaimanapun wajah kebohongan dipermak

Dengan topeng narasi

Ataupun frasa indah nan memukau

Wujud aslinya suatu saat akan tersingkap

 

Dunia

Dengan coraknya

Telah lama mengalami bencana

Ketergerusan moral

Merosotnya etika

Dan semakin langkanya kejujuran

 

Para penganut agama

Sudah tanpa malu malu memintal kebohongan

Untuk dijadikan jubah keseharian

Dipadukan dengan benang keangkuhan

 

 

V

Itulah analogi

Narasi yang berdasar

Bukan hanya koar koar dan omong kosong

 

Mana dia orangnya

Yang kemaren bibirnya begitu lincah menari

Mempertontonkan ketelanjangan kata kata

Berbalut Bijak

Namun hari ini sibuk mencari kata kata

Yang menghilang entah kemana

 

Mana dia orangnya

Yang kemaren mewajibkan begini

Tetapi sekarang berbalik mengharamkannya

Menjadi fatwa dagelan yang akan dikenang sepanjang masa

Diseantreo dunia

 

Biarlah analogi menjerat kerentaannya

Untuk diserahkan kepada waktu

Untuk dihujat kata-kata


*Cara terbaik mengenal Rowi El-Hamzi adalah baca ini 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak