Sajak
Philophobia
:buat
Dhea
setelah
lagu Glenn, sebelum usai kau sisir rambutmu
maafkanlah
bayangan itu. kelembutan laut
tak
bisa disamarkan dengan kutek, bulu mata
insomnia
dan sinar bulan yang beku
di
sepanjang lorong menuju kamar pelarianmu
setelah
71 kali gempa 5,6 skala richter, sebelum suara itu
jadi
kode bagi hasrat purba. demi warna tak sama
lingkar
setiap puting payudara, ada baiknya kita sepakati
penyair
Rendra atau siapa yang kau anggap
selesai
mengartikan cinta, maka mengutuk asmara
senja
begitu terbuka. seperti pintu yang menunggu
anak
pulang ke rumah atau, lubang gaib
tempat
membuang segala sial rahasia. hanya kau
dan
desir ombak bisa saling bicara
seintim
luka dan basah pasir sejak pertemuan pertama
denyut
karang dan mimpi bunga yang disiram air mata
menjelma
senyum di bibir samudera
untuk
sampai ke jiwa, cari cara paling sederhana
dan
akhirnya cinta hanya ilusi yang tak perlu ada
kalau
hidup sekedar agar berguna
mengakhiri
ini kumainkan seruling, tambur dan harpa di sukma
sambil
terus kutentang angin pantai menggoda
agar
tenang cintamu berlayar di bawah tegar tiang perahu
bila
maut yang dingin, hangat memeluk tiba-tiba
maka
gairah senyummu telah menyala
Februari
2025-2:45
- Dhuwa' Buku Sastra e Taon 2022
- Lukisan Musim Lalu
- Narto Lebur ka Oreng Bine'
- Jamal D Rahman Maos Carpan
- Lukman: Ngaronge Sagara Madura
Sajak
Botol-Botol Daging
dihimpit
botol-botol daging
lelaki
terasing
menyeringai
bagai bayi suci
tumpahan
di dada
serakan
kulit kacang
kunang-kunang
imaji
pengap
mengerumuni
aroma
musim alkohol
mengalun
lagu pop melayu
dari
negara tetangga
menggempur
negerinya
melalui
gairah pelabuhan
"merapatlah
ke pangkuan
wahai
tahun-tahun paling sendu
merapatlah
ke pangkuan
wahai
tubuh paling basah dan kelu"
kepal
malam yang berlumuran
mendaratkan
tinju
ke
wajahnya yang kemerahan
dari
sudut remang
terdengar
suara
merajuk
dan cemas
"rahasia
masih ada
tak
terduga dan bekerja
aku
selalu percaya"
"tapi
apa yang kita tahu
bahkan
malam ini, ketika
tak
ada desah kapal
dari
bibirmu yang lugu"
Maret,
2018
Maos jugan
Sajak
Pengaduan
Malam
tua
Tangan
tak bisa
Meraih
apa-apa
Karena
ketika malam tua
Kita
bukan apa-apa
Di
malam yang tua
Mari
retas jalan ke surga
Meski
janji kesturi
Sungai
madu dan susu
Pernah
kita tepis
Karena
birahi
Dan
sihir asmara
Mari
bikin rumah
Jangan
di dunia
Tapi
di surga
Menyelinap
ke sudutnya
Biar
malu tak apa
Sebab
di sini
Bertahun
nafas berlalu
Kutanggung
hanya dosa baru
Dari
tetes-tetes sedu
Tangismu
waktu itu
Mungkin
nyanyian dan tarianmu
Seperti
derai angin
Memenuhi
ruang karaoke
Di
atas gelombang sekarang
Tapi
di atas gelombang
Yang
lebih jauh juga
Di
tengah samudera
Yang
tambah tak terjangkau bahtera
Nuh,
di mana diam-diam rahasia
Disebabkan
yang misteri, yang ilahi
Secara
tak terduga mengajak jumpa
Senyummu
tak kan kubiarkan
Mengeras
jadi karang